Metodepembelajaran yang menarik selanjutnya yaitu guru dapat menyisipkan humor dalam proses pembelajaran agar kelas tidak terlalu serius. Pembelajaran yang terlalu serius malah akan membuat suasana kelas menjadi kaku dan dapat membuat siswa merasa tertekan. Hal ini pastinya membuat siswa merasa tidak nyaman dan ingin segera pembelajaran
Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya permasalahan yang muncul pada siswa yang disebabkan oleh proses pembelajaran masih menggunakan metode ceramah, sehingga menyebabkan proses pembelajaran terkesan monoton dan menimbulkan rasa jenuh dan bosan pada diri siswa serta tidak ada pengalaman belajar yang bermakna, sehingga hasil belajar siswa yang kurang baik. Maka perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan metode eksperimen agar proses pembelajaran lebih bermakna dan meningkatkan hasil belajar siswa. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen dan peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan metode eksperimen. Dalam Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan desain penelitian Kemmis & Tagart. Hasil penelitian menunjukan metode eksperimen sangat efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dari hasil belajar mengalami peningkatan dan mengalami ketuntasan belajar sebesar 100%.Kata Kunci Metode eksperimen, Hasil Belajar Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 4 Edisi Juli 2018p-ISSN 2442-7470e-ISSN 2579-44421PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODEEKSPERIMEN PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASARMahpudinmahpudin893 MajalengkaABSTRAKPenelitian ini dilatar belakangi oleh adanya permasalahan yang muncul padasiswa yang disebabkan oleh proses pembelajaran masih menggunakan metodeceramah, sehingga menyebabkan proses pembelajaran terkesan monoton danmenimbulkan rasa jenuh dan bosan pada diri siswa serta tidak ada pengalamanbelajar yang bermakna, sehingga hasil belajar siswa yang kurang baik. Maka perludilakukan penelitian dengan menggunakan metode eksperimen agar prosespembelajaran lebih bermakna dan meningkatkan hasil belajar siswa. Tujuan yangingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pembelajarandengan menggunakan metode eksperimen dan peningkatan hasil belajar siswasetelah menggunakan metode eksperimen. Dalam Penelitian ini menggunakanmetode penelitian tindakan kelas dengan desain penelitian Kemmis & penelitian menunjukan metode eksperimen sangat efektif dalammeningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dari hasil belajar mengalamipeningkatan dan mengalami ketuntasan belajar sebesar 100%.Kata Kunci Metode eksperimen, Hasil Belajar Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 4 Edisi Juli 2018p-ISSN 2442-7470e-ISSN 2579-44422Latar belakangManusia merupakan makhluk hidupyang diciptakan Tuhan dalam keadaanyang sangat sempurna, manusia berbedadengan hewan ataupun makhluk hidup lainyang bukan manusia. Ciri yang mendasaryang menjadikan manusia sebagai makhlukhidup ciptaan Tuhan yang paling sempurnaadalah kemampuan berpikir. Kemampuanberpikir manusia harus terus menerusdipupuk dan diberdayakan denngan adalah usaha sadar danterencana untuk mewujudkan suasanabelajar dan proses pembelajaran agar siswasecara aktif mengembangkan potensidirinya untuk memiliki kekuatan spiritualkeagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, sertaketerampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa dan negara UU RI tahun 2003 tentang sistem pendidikannasional. Oleh karenanya pendidikandapat diartikan sebagai suatu proses yangdilakukan secara sadar oleh individu untuksuatu perubahan dari tidak tahu menjaditahu, dari tidak memiliki sikap menjadibersikap benar, dari tidak terampil menjaditerampil melakukan dalam mencapai tujuanpendidikan adalah dengan jalanmengoptimalkan kegiatan belajar. Belajarmerupakan perubahan dalam tingkah lakusebagai akibat dari interaksi antarastimulus dan respon Teori Behavioristik.Dapat diartikan bahwa belajar adalahperubahan yang dialami siswa dalam halkemampuannya untuk bertingkah lakudengan cara yang baru sebagai hasilinteraksi antara stimulus dan bukan hanya menghafal,mengingat pelajaran yang di berikan gurudi dalam kelas, akan tetapi terdapatperubahan perilaku siswa, maka perubahanitu terjadi pada segi kognitif kemampuanberpikir. Pengalaman belajar dapatmerubah pola pikir yang lebih maju,perubahan afektif sikap terhadap matapelajaran yang di berikan dan perubahanpsikomotor keterampilan. Materipelajaran yang diberikan kepada siswamampu untuk memahami, menghayati danmengamalkan dalam kehidupan sehari-harisebagai akibat dari siswa mengikutikegiatan belajar mengajar disekolah. Jadiketiga aspek yang berubah pada diri siswaitu baik kognitif, afektif, dan psikomotormerupakan akibat dari siswa pembelajaran di kelas harusmenarik dan dilakukan dengan sadar dandisengaja serta nyaman baik yangdirasakan oleh guru ataupun oleh pesertadidik agar siswa memperoleh pengalamanbelajar dan hasil yang maksimal. Hal inisesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005 BabIV Pasal 19 Ayat 1 Purnomodan Abdi2012160 menyatakanProses pembelajaran pada satuanpendidikan diselenggarakan secarainteraktif, inspiratif, menyenangkan,menantang, memotivasi peserta didikuntuk berpartisipasi aktif sertamemberikan ruang yang cukup bagiprakarsa, keaktifitas dan kemandiriansesuai dengan bakat, minat danperkembangan fisik serta psiklogipeserta pembelajaran harus dapatmengkondisikan siswa secara positif danmampu merangkul semua siswa bukanhanya pada siswa yang pintar saja tapiharus memperhatikan siswa yangmempunyai kesulitan belajar juga,sehingga tercipta suasana pembelajaranyang menyenangkan karena tidak ada lagisiswa yang merasa dianak yang menarik bukanlahsekedar menyenangkan tanpa ada tujuanpembelajaran tetapi ada sesuatu yang harusdi capai dalam proses Pengetahuan Alam IPA adalahpengetahuan yang rasional dan obyektiftentang alam semesta dengan merupakan ilmu yangmempelajari peristiwa-peristiwa yangterjadi di perlu diajarkan di Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 4 Edisi Juli 2018p-ISSN 2442-7470e-ISSN 2579-44423tingkat pendidikan Sekolah Dasar SDkarena termasuk dalam kurikulum suatusekolah. Ada beberapa alasan mengapaIPA diajarkan di SD yaitu 1 sangatbermanfaat bagisuatu bangsa, sebab IPAmerupakan dasar teknologi sebagai tulangpunggung pembangunan dan pengetahuan,2 suatu mata pelajaran yang memberikankonsep berpikir kritis, 3 IPA bukanpelajaran hafalan, melainkan pelajaranketerampilan secara menyeluruh baik fisikmaupun psikis dan 4 IPA memiliki nilai-nilai dan potensi pendidikan yang dapatmembentuk kepribadian kenyataannya, setiap individumempunyai pandangan yang berbedatentang mata pelajaran IPA. Banyak yangmemandang IPA sebagai mata pelajaranyang menyenangkan dan ada juga yangmemandang IPA sebagai mata pelajaranyang membosankan karena terlalu banyakmateri dan teori yang harus di yang diperoleh dalam studipendahuluan untuk mengetahui keadaanawal siswa di SD menunjukan bahwa hasilbelajar siswa pada mata pelajaran IPAmateri daur air masih tergolong nilai tes siswa yaitu 57,24 dengantingkat keberhasilan siswa yang menguasaimateri ajar sebanyak 27,58%. Sebagianbesar siswa beranggapan bahwa matapelajaran IPA merupakan matapelajaranyang cukup menguras pikiran karenacakupan materi yang harus mereka catatdan hafalkan. Hal ini yang menjadi faktorsiswa kurang menyenangi di atasperlu segera mendapatkan penangananyang serius. Salah satu penanganan yangbisa dilakukan adalah dengan perbaikanmetode mengajar yang digunakan olehguru dalam kegiatan pembelajaran di A. Magnesen Suyanto danDjihad201260 menyatakan bahwa âkitabelajar 10% dari apa yang kita baca, 20%dari apa yang kita dengar, 30% dari apayang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihatdan dengar, 70% dari apa yang kitakatakan dan 90% dari apa yang kitakatakan dan kita lakukanâ. Oleh sebab itu,metode pembelajaran dan pengalamanbelajar siswa menjadi penting dalam prosesbelajar siswa untuk meningkatkan hasilbelajar dengan karakteristikpembelajaran IPA dan gambaran terhadappermasalahan yang ditemukan,makametode eksperimen dianggap metodeyang tepat digunakan dalam kegiatanpembelajaran IPA di kelas. Penerapanmetode eksperimen dalam pembelajarandiharapkan mampu menjadikan prosespembelajaran lebih hidup dan berjalan duaarah yakni dari guru ke siswa dansebaliknya sehingga proses pembelajaranlebih menyenangkan dan menciptakanpengalaman belajar siswa dan akhirnyadapat meningkat kan hasil belajar latar belakang di atas, makadilakukan penelitian dengan judulâPeningkatan Hasil Belajar Siswa MelaluiMetode Eksperimen Pada Mata PelajaranIPA di Kelas V SDâPembelajaran IPA di SDRustaman, dkk 2011 menyatakanâhakikat sains adalah produk, proses danpenerapannya teknologi, termasuk sikapdan nilai yang terdapat di dalamnyaâ. IlmuPengetahuan alam IPA atau sains adalahbidang ilmu pengetahuan yang didalamnyaterdiri dari fakta, konsep, prinsip, hukumdan teori yang dapat dicapai melalui prosespembelajaran. Dalam pembelajaran IPAtidak cukup dengan siswa menguasai sainsdengan menghapal konsep, prisip teori danlain-lain, tapi dalam pembelajaran IPAharus memberikan kesempatan kepadasiswa untuk berbuat, berpikir dan bertindakseperti ilmuwan. Dengan demikianpembelajaran IPA adalah memberikankesempatan dan bekal kepada siswa untukmemproses IPA dan menerapkan dalamkehidupan sehari-hari melalui cara-cara Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 4 Edisi Juli 2018p-ISSN 2442-7470e-ISSN 2579-44424yang benar dan mengikuti etika keilmuwandan etika yang berlaku dimasyarakat agartidak berdampak buruk pembelajaran IPA menekankanpada pemberian pengalaman langsunguntuk mengembangkan kompetensi agarmenjelajahi dan memahami alam sekitarsecara ilmiah, hal ini dilakukan sebagaicara berpikir siswa untuk memperolehpemahaman tentang alam dan sifat-sifatnya, cara menyelidiki bagaimanafenomena-fenomena alam dapat dijelaskansebagai batang tubuh pengetahuan yangdihasilkan dari keingintahuan dituntut untuk aktif dan kreatifdalam proses pembelajaran IPA, hal inidilakukan agar siswa mempunyaiketerampilan untuk menyelidiki ataumengamati hal-hal yang terjadi dilingkungan atau alam sekitarbahkan bisamemperagakan atau menggunakan objektertentu sehingga siswa dapat menjawabrasa ingin tahu IPA diarahkan untukmenemukan dan berbuat sehingga dapatmembantu siswa untuk memperolehpemahaman yang lebih mendalam tentangalam sekitar. Cahyo 2013213menyatakan âPendidikan IPA diharapkanmenjadi wahana bagi peserta didik untukmempelajari diri sendiri dan alam sekitar,serta prospek pengembangan lebih lanjutdalam penerapnya di dalam kehidupansehari-hariâ. Hal ini sejalan dengan tujuanpembelajaran IPA di SD/MI yang tertuangdalam Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan KTSP 2006 Sapriati, dkk2009 yaitu1 Memperoleh keyakinan terhadapkebesaran Tuhan Yang Maha Esaberdasarkan keberadaan, keindahandan keteraturan alam Mengembangkan pengetahuan danpemahaman konsep-konsep IPA yangbermanfaat dan dapat diterapkandalam kehidupan Mengembangkan rasa ingin tahu, sikappositif dan kesadaran tentang adanyahubungan yang saling mempengaruhiantara IPA, lingkungan, teknologi Mengembangkan keterampilan prosesuntuk menyelidiki alam sekitar,memecahkan masalah dan BelajarSuyanto dan Djihad 2013235menyatakan hasil belajar adalahkemampuan dan pengalaman belajar yangdi miliki siswa setelah melakukan aktivitasbelajar yang mencakup tiga aspek yaituaspek kognitif, afektif dan psikomotor. Halini sesuai dengan Bloom Sutikno201379membagi hasil belajar menjadi tigakawasan yaitua. KognitifKawasan kognitif berkenaan denganingatan atau pengetahuan dan kemampuanintelektual serta keterampilan-keterampilanyang dimiliki pembelajar setelahmelakukan proses pembelajaran. Kawasankogitif dibagi atas enam macamkemampuan intelekual mengenailingkungan yang disusun secara hirarkisdari yang paling sederhana sampai kepadayang paling kompleks, yaituPengertahuan,Pemahaman, Penerapan,Analisis, Sintesis, dan Penilaianb. AfektifKawasan afektif menggambarkansikap-sikap dan nilai. Dengan kata lainkawasan afektif adalah sikap peserta didikyang menunjuk kearah pertumbuhan secarabatiniah dan hanya akan terjadi apabilapeserta didik menerima dengan sadar sikapdan nilai yang diterimanya, kemudianmengambil sikap sehingga menjadi bagiandari dirinya dalam membentuk nilai danmenentukan tingkah laku dirinya PsikomotorKawasana psikomotor adalahkemampuan-kemampuan menggiatkan danmengkoordinasikan gerak. kawasan Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 4 Edisi Juli 2018p-ISSN 2442-7470e-ISSN 2579-44425psiomotor memiliki kaitan yang eratdengan kemampuan dalam melakukankegiatan-kegiatan yang bersifat fisik dalamberbagai mata pelajaran. Adapun hierarkikemampuan dalam kawasan psikomotoradalah Imitasi, manipulasi, presisi, EksperimenIru dan Arihi 201232 menyatakanâmetode eksperimen adalah metodemengajar yang dalam penyajian ataupembahasan materinya melalui percobaanatau mencobakan sesuatu serta mengamatisecara prosesâ. Sedangakan Suyanto danDjihad2012146 menyatakan metodeeksperimen adalah suatu metode yangbiasa digunakan di suatu pelajaran sainsdan dalam metode eksperimen adapercobaan yang dilakukan secara langsungoleh siswa untuk menyelidiki ataumenemukan konsep-konsep sains spesifikdan prinsip-prinsip untuk dilakukan bertujuan untukmencoba mengerjakan sesuatu sertamengamati proses dan hasil suatupercobaan, selain itu eksperimen bertujuanuntuk memperkuat pelajaran konsep-konsep yang sebelumnya yang telahdipelajari dari buku eksperimen dapat dilaksanakan didalam kelas maupun tempat khusus yangmemang diperuntukkan untuk melakukaneksperimen misalnya ruang laboratoriumdan proses pembelajaran dengan metodeeksperimen dapat dilakukan secaraberkelompok yaitu siswa dibagi kedalambeberapa kelompok atau dapat jugadilakukan secara eksperimen mengajarkansiswa untuk meneliti dan membuatkesimpulan dari hasil percobaan yangdilakukan seperti para ilmuwan menelitigejala tertentu dan berusaha untukmendapatkan hasil-hasil yang eksperimen selesai siswamembandingkan hasil eksperimennyadengan hasil eksperimen siwa lain danmendiskusikannya apabila terdapatkekeliruan atau perbedaan dari hasilekperimen yang dilakukan. Hal inibertujuan untuk mengetahui letakkesalahan dari eksperimen yang dan Arihil 201233 menyatakanprosedur metode eksperimen dapatdilakukan sebagai berikuta Mempersiapkan alat bantualateksperimen.Guru harus menentukan danmempersiapkan semua alat peragayang akan dibutuhkan ketika prosesekaperimen serta bagaimana alatperaga itu diperoleh apakah denganmelibatkan siswa atau Petunjuk dan informasi tentang tugas-tugas yang harus dilaksanakan harus mempersiapkan lembarkerja siswa LKS yang disusun secararinci dan jelas tentang aturan dan tugasyang harus dilakukan pada saat proseseksperimen Pelaksanaan eksperimen denganmenggunakan lembaran kerja ataupedoman eksperimen yang disusunsecara sistematis sehingga siswa dalampelaksanaannya tidak banyakmendapat kesulitan dan Penguatan perolehan temuan-temuaneksperimen dilakukan dengan diskusi,tanya jawab dan/atau eksperimen saja tidak cukupdalam proses pembelajaran. Olehsebab itu, kegiatan eksperimen harusdiikuti dengan kegiatan yang lainseperti tanya jawab, tugas atau diskusiuntuk mendapatkan penguatan ataukesimpulan hasil KesimpulanPembuatan kesimpulan perludilakukan agar siswa mendapatjawaban yang sesungguhnya dan tidaksalah dalam memahami konsep yangsebenarnya. Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 4 Edisi Juli 2018p-ISSN 2442-7470e-ISSN 2579-44426Metode PenelitianMetode penelitian yang digunakandalam penelitian ini adalah penelitiantindakan kelas PTK. Penelitian tindakankelas merupakan salah satu upaya gurudalam bentuk berbagai kegiatan yangdilakukan untuk memperbaiki dan ataumeningkatkan mutu pembelajaran di dkk. 200614 mengemukakanbahwa âPenelitian tindakan kelas adalahpenelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya melalui refleksi diri,dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagaiguru sehingga hasil belajar siswameningkat. Desain penelitian tindakankelas yang digunakan mengacu kepadadesain Kemmis dan Mc. Taggart, yaitumodel siklus yang dilakukan secaraberulang dan berkelanjutan yang meliputitahap perencanaan plan, pelaksanaanact, observasi observe, dan refleksireflect.Berikut merupakan alur PTK desainKemmis dan Mc. Alur PTK Desain Kemmis & Mc. Taggart1. PerencanaanPada tahap perencanaaninipeneliti menyusun RencanaPelaksanaan Pembelajaran RPP,dengan melihat kurikulum yangdigunakan, menganalisis materi yangnanti akan diberikan, kemudianmenentukan Kompetensi Dasar KDyang akan di ajarkan, menyiapkansumber belajar berupa buku paketmata pelajaran IPA. Menentukanmodel pembelajaran, menyusuninstrumen penilaian. Hal ini dilakukanagar pada saat pelaksanaanpembelajaran sesuai dengan tujuanpembelajaran yang hendak dicapai. Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 4 Edisi Juli 2018p-ISSN 2442-7470e-ISSN 2579-444272. PelaksanaanPada tahap ini, pelaksanaanpembelajaran yang dilakukan sesuaidengan perencanaan yang telah dibuatbaik mengenai penggunaan metodepembelajaran, penggunaan mediapembelajaran, dan perangkatpembelajaran ObservasiPada kegiatan observasi penelitimengamati siswa yang sedangmelakukan pembelajaran denganmetode eksperimen. Mengamatikeaktifan siswa, kerja sama siswa,kekompakan. Observasi ini jugamengamati bahwa pembelajaran harussesuai dengan apa yang telahdirencanakan, sehingga penelitimengetahui apakah ada kendala RefleksiPada tahapan ini penelitimelakukan evaluasi denganmemberikan instrumen penilaianberupa tes lisan maupun tertulis. Tesini dimaksudkan untuk mengetahuisejauh mana ketercapaian hasil belajarsiswa dengan metode PenelitianSebelum menggunakan metodeeksperimen, hasil belajar siswa pada matapelajaran IPA belum mencapai tingkatyang dikatakan berhasil atau optimal. halini bisa terlihat dari nilai rata-rata prasiklus siswa yang masih rendah yaitu46,25. Setelah diterapkan pembelajarandengan menggunakan metode eksperimen,hasil tes pada setiap siklus mengalamipeningkatan. Hal ini terlihat dari rata-ratahasil belajar siswa pada siklus I sebesar61,25. meningkat menjadi 67,25 di siklusII, dan menjadi 75 pada siklus lebih mudah dipahami, berikutdisajikan peningkatan hasil belajar siswapra siklus, siklus I, siklus II, dan siklus IIIdalam bentuk diagram pada Gambar 2berikutDiagram Peningkatan Hasil Belajar SiswaBerdasarkan hasil observasi yangdilakukan pada saat proses respon yang cukup baik darisiswa, siswa menjadi lebih antusias dalammengikuti pembelajaran. terlebih lagimetode eksperimen dapat membawa siswamendapatkan pengalaman langsung dalammembuktikan materi ajar dalam matapelajaran IPA sehingga siswa lebih mudahdalam memahami materi dan SaranKesimpulanBerdasarkan hasil penelitian yang telahdilaksanakan, diperoleh kesimpulansebagai berikut1. Sebelum menggunakan metodeeksperimen dalam pembelajaran IPA,skor rata-rata hasil belajar siswamasih rendah. Hal ini terlihat darikondisi awal hasil belajar siswa padapra siklus rata-rata skor hasil belajarhanya sebesar 46,25. Nilai tersebutmasih dibawah Proses pembelajaran denganmenggunakan metode eksperimencukup baik. Selama pembelajaranberlangsung siswa antusias untukmengikuti pelajaran dengan baik,motivasi mereka meningkat karenamereka lebih dapat memaknai materiajar yang Setelah menggunakan metodeeksperimen, jika dilihat dari hasilbelajar siswa rata-rata skor hasil Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 4 Edisi Juli 2018p-ISSN 2442-7470e-ISSN 2579-44428belajar siswa mengalami peningkatanpada setiap siklusnya. Dari pra siklusdengan rata-rata hasil belajar siswasebesar 46,25, siklus I rata-rata hasilbelajar siswa 61,25 meningkat disiklus II menjadi 67,25 lalumengalami peningkatan lagi di siklusIII menjadi 75. Hal ini menunjukkanbahwa penggunaan metodeeksperimen epektif dalammeningkatkan hasil belajar hasil penelitian yangtelah dilakukan, membuktikan bahwamedia audio visual efektif dalammeningkatkan hasil belajar siswa. Saranyang dapat peneliti sampaikan adalahGuru diharapkan dapat melakukaterobosan-terobosan baru yang dapatmenggugah minat belajar siswa sepertidalam penggunaan media pembelajaransehingga dapat menghasilkan kualitaspembelajaran yang yang dilakukan terbataspada penggunaan metode eksperimen padakelas V Sekolah Dasar, mata pelajaranIPA. Untuk itu perlu dilakukan penelitianyang menjadi tindak lanjut dari penelitianini, yaitu penggunaan metode eksperimenpada tingkatan usia yang berbeda dan padamateri ajar yang PustakaCahyo, 2013 Panduan AplikasiTeori-teori Belajar DIVA 2003Sistem PendidikanNasionalNo. 23 Tahun I dan Arihi, 2012. AnalisisPenerapan Pendekatan, Metode,Startegi dan S. 2009. Teori dan PraktikPenelitian Tindakan Kelas. BandungAlfabetaPurnomo, H dan Abdi, dan Punishment PerspektifPendidikan Islam. Cetakan N. dkk 2011 Materi danPembelajaran IPA SD. Edisi Universitas A. Dkk 2009Pembelajaran IPAdi UniversitasTerbuka. Departemen 2013 Belajar danPembeljaran Upaya Kreatif dalamMewujudkan Pembelajaran yangberhasil. Lombok dan Djihad, A. 2012BagaimanaMenjadi Calon Guru dan GuruProfesional. Cetakan Multi dkk 2011 Pembelajaran PKndi SD. Cetakan ke-2. Yogyakarta W., dkk. 2006. PenelitianTindakan Kelas. Jakarta UniversitasTerbuk ... Hasil belajar adalah suatu pernyataan berupa perilaku dan performa yang ditunjukkan dalam kegiatan menulis yang bertujuan untuk mengembangkan hasil yang diharapkan oleh guru pada siswanya Pulungan, 2015. Susanto 2013 Dalam eksperimen siswa diajarkan meneliti dan menyimpulkan hasil percobaan yang dilakukannya sehingga mendapatkan hasil yang diperlukan Mahpudin, 2018. ...... Metode eskperimen dilakukan agar kemampuan berpikir, sikap ilmiah, dan keterampilan proses siswa dapat berkembang Kumala, 2016. Dalam kegiatan eksperimen siswa diajarkan meneliti dan menyimpulkan hasil percobaan yang dilakukannya sehingga mendapatkan hasil yang dibutuhkan Mahpudin, 2018 ...Faiz Hasbullah HassanVenita YusupAlpin Herman Saputra Ardo OkilandaTujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Islam Sinar Cendekia, Serpong, Tangerang Selatan Semester I Tahun Ajaran 2022/2023 pada materi perubahan wujud benda dengan menggunakan metode eksperimen. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas PTK yang terdiri dari 3 siklus, yakni pra siklus, siklus 1, dan siklus 2. Subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Islam Sinar Cendekia yang berjumlah 22 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan prosedur tes dengan instrumen tes hasil belajar berupa soal pilihan ganda untuk mengukur keberhasilan belajar siswa dan instrumen observasi berupa lembar observasi untuk mengetahui kinerja siswa dalam pembelajaran. Pada pra siklus, siswa memperoleh nilai rata-rata 69,77 pada tes akhir belajarnya, pada siklus 1 siswa memperoleh nilai rata-rata 78,27, dan pada siklus 2 nilai rata-rata siswa adalah 87,86. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya penguasaan belajar siswa dalam kegiatan belajar pada siklus 1 dan siklus 2 yaitu dari 72,72% meningkat sebesar 90,90%. Penulis dapat menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil penelitian, hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Islam Sinar Cendekia dapat ditingkatkan dengan menerapkan metode eksperimen.... Hal lainnya yang diungkapkan oleh mahasiswa bahwa praktikum dapat membantu meningkatkan nilai hasil belajar mahasiswa, terutama dalam mengerjakan soal test biologi karena mahasiswa dapat mengingat kembali materi yang telah dipelajari dengan cepat. Hal ini serupa dengan penelitian Mahpudin 2018, bahwa sebelum menggunakan metode eksperimen/praktikum, hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA belum mencapai tingkat yang dikatakan berhasil atau optimal. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata siswa yang masih rendah. ...Fatmawati FatmawatiThis study aimed to analyze the relationship between practicum and student learning outcomes in the pre-pandemic and during the Covid-19 pandemic. The research method applied is descriptive quantitative research which is supported by data collection techniques in the form of interviews, observations, and documentation. The research subjects are students of Biology Education, University of Borneo Tarakan. The results of data analysis showed that most of the practicums were carried out in the pre-covid-19 pandemic but only a few practicums were carried out during the pandemic with different practicum forms. This indicates the occurrence of learning loss in learning that practices science. Practicum is closely related to student learning outcomes. The relationship tends to be linear where student learning outcomes can increase in line with the quantity and quality of the practicum. Keywords Learning Outcomes, Learning Loss, Practicum... Faktor internal, yaitu kondisi dalam proses belajar yang berasal dari dalam diri sendiri, sehingga terjadi perubahan tingkah laku yaitu kecerdasan, bakat aptitude, keterampilan kecakapan, minat, motivasi, kondisi fisik, dan mental, sedangkan faktor eksternal adalah kondisi di luar individu peserta didik yang mempengaruhi belajarnya lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Mahpudin 2018 menyatakan bahwa proses pembelajaran di kelas harus menarik dan dilakukan dengan sadar dan disengaja serta nyaman baik yang dirasakan oleh guru ataupun oleh peserta didik agar peserta didik memperoleh pengalaman belajar dan hasil yang maksimal. Berdasarkan pernyataan diatas agar proses pembelajaran di kelas menjadi lebih menarik dan peserta didik mendapatkan hasil belajar yang baik maka salah satu menggunakan model pembelajaran. ...Maya TrigustiniLukman Hakim Arief KuswidyanarkoTujuan dalam penelitian 1 Mengetahui perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran kolaboratif berbantuan peta pikiran, 2 Mengetahui sikap siswa terhadap model pembelajaran kolaboratif berbantuan peta pikiran. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen. Populasi dan sampel dalam penelitian ini seluruh siswa kelas V di SD Negeri 170 Palembang berjumlah 20 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan tes, angket, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial dengan uji hipotesis menggunakan uji Mann-Whitney U Test. Hasil penelitian menunjukkan 1 Ada perbedaan signifikan hasil belajar sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran kolaboratif berbantuan peta pikiran dengan uji Mann-Whitney U Test dengan nilai Asymp. Sig. 2-tailed atau p value sebesar 0,000 T-table = then H0 is rejected. The results of the analysis prove that there are significant differences between the groups of students who are taught with the Tri Hita Karana oriented Problem Based Learning model with groups of students who are taught with conventional learning models. From the results of the t-test analysis and the average learning outcomes it can be concluded that The Tri Hita Karana oriented Problem Based Learning model has a positive effect on the Natural Science learning outcomes of Class V students. Therefore, the Tri Hita Karana oriented Problem Based Learning model is suitabel for dealing with low Natural Science learning outcomeEdi SunjayaPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah Model Problem Based Istruction. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas PTK yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa IV SDN 2 Jemaras, Cirebon yang berjumlah 23 orang. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan tes hasil belajar. Data dianalisis dengan menentukan persentase ketuntasan belajar dan rata-rata hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa dan rata-rata hasil belajar IPA. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan Model Problem Based Istruction. dapat meningkatkan hasil belajar siswa IV SDN 2 Jemaras, Cirebon pada mata pelajaran Ayu KarimizzahSuhartono SuhartonoRatna Hidayahp> Abstract The challenge in this disruptive era is greater than the previous one, because digitalization and artificial intelligence are growing exponentially. Humans need social skills to sustain existence. A process for acquiring social skills is called socializing. Nowadays, socializing is happening frequently in the virtual world using artificial intelligence. The study aimed to describe the studentâs social skills to others and the strategy applied by the teachers and parents in fostering social skills. It was qualitative narrative approach. Data collection techniques were observation, interview, and questionnaires. The subjects were 22 students, parents, and class teacher of third grade of SDN 2 Kebumen. The results of this study indicate the quality of students behavior toward others that of helping, communicating and greeting to others, working in a team, and being empathy. Also, the teacher and the parents met the accomplishment of the strategies of giving instruction, training, and assessment. Keywords social skill, qualitative description TujuanPenelitian Tindakan Kelas ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 SD Negeri 2 Karanggayam Kidul Kec Purwojati, melalui penerapan metode demonstrasi (percobaan) sehingga pembelajaran IPA tentang materi benda yang dapat diubah bentuknya tercapai.Desain penelitian dilaksanakan melalui dua siklus, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, tindakan, observasi, refleksi dan dilanjutkan Bagi anak, apapun kegiatannya adalah menyenangkan. Tidak terkecuali dengan aktivitas belajar yang idealnya juga dikemas menjadi kegiatan yang menyenangkan. Terciptanya pembelajaran yang menyenangkan tidak bergantung pada materi atau mata pelajaran tetapi tergantung cara guru mengajar. Bisa menjadi menyenangkan apabila disampaikan oleh guru yang menyenangkan. Sebaliknya, materi pelajaran yang sebenar-nya mudah bisa menjadi membosankan apabila disampaikan oleh guru yang tidak menyenangkan. Oleh karena itu, seorang guru harus memiliki metode, pendekatan serta media khusus yang dapat membuat para siswa senang mengikuti kelasnya. Buku ini menawarkan sebuah konsep pembelajaran yang menyenangkan khususnya pada pelajaran IPA di SD/MI dan sudah melalui upaya praktek yang dilakukan oleh beberapa peneliti dan guru. Dalam buku ini dikemas sebuah pendekatan, metode dan media seperti pendekatan paikem dan inkuiri, metode savi dan quantum learning, serta penggunaan media seperti bola bekel, ular tangga, puzzel, Pop-Up Book dan Mind Map. Semoga buku ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan keilmuan tentang pembelajaran yang menyenangkan serta dapat diaplikasikan khususnya pada pelajaran IPA di SD/MI, dan terima kasih kami ucapkan kepada bapak Hanif Amrulloh dan Ibu Masrurotul Mahmudah selaku editor dan dosen pembimbing sehingga mampu melahirkan sebuah karya yang bisa bermanfaaat untuk para calon pendidik dan pendidik di SD/MI. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free A preview of the PDF is not available ... According to Asrofi 2008, the implementation of effective and interesting learning requires learning models with the help of appropriate media in order to support learning activities, so that the students will be happy in participating in learning and can receive the knowledge delivered by the teacher. Based on observations conducted in several Senior High Schools in the Special Region of Yogyakarta, it was found that the interest of students in physics learning was quite high, but they were getting bored as the response to the learning process of physics. ...Ahsan Abdulfattah Supahar PaharProblem solving skills are an important part of physics learning in schools and is also useful for adapting to the environment. Problem solving skills are also a demand for education in the 21st century, so having this skills can help to compete in gaining experience in this all-modern world. This study aimed to determine the feasibility of the developed test instrument in terms of content validity and reliability. The test instrument developed was in the form of multiple choices with a total of 25 questions. The analysis of content validity of the test instrument was conducted using the Aiken's V Coefficient. The empirical validity and reliability of test instrument were estimated using the Classical Test Theory CTT and Item Response Theory IRT. The results of this study showed that the test instrument developed was valid with Aiken's V Coefficient ranging between to and reliable with a reliability value according to CTT of while the developed questions were stated reliable according to the IRT if used by the students with the ability ranging between to in logit scale. Based on the results of the study, the instrument developed was feasible to be used as an instrument for testing problem solving Dwi OktaviyaniOryza Intan SuriAnak usia prasekolah adalah anak yang berusia 3-6 tahun. Pada masa ini, diperlukan pemantauan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, dimana panca indera dan sistem penerimaan rangsangan serta proses memori harus siap sehingga anak mampu belajar dengan baik, proses belajar pada masa prasekolah adalah dengan cara bermain. Kemampuan kognitif dalam proses pembelajaran, anak lebih sering menggunakan permainan yang menyenangkan agak anak dapat mengeksplor kreativitasnya dengan cara belajar sambil bermain. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Perkembangan Kognitif Usia Prasekolah di TK/TPQ Plus Hidayatullah. Jenis penelitian ini adalah Kuantitatif dengan penelitian Quasi Eksperimental Design One Group Pretest-Posttest Design. Populasi penelitian sebanyak 30 murid dengan Purposive Sampling. Metode analisis data menggunakan Uji Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil kelompok sebelum dan sesudah Uji Wilcoxon Signed Rank Test menunjukan p value perkembangan bahasa 0,02, p value perkembangan motorik halus 0,014, p value perkembangan sosial 0,008, dan p value menggunakan lembar observasi 0,025 dengan standar p value < 0,05. Kesimpulan ada pengaruh kelompok sebelum dan sesudah dilakukan terapi bermain Mahayani Irwandani IrwandaniYuberti YubertiThis research aims to; 1 Determine the feasibility of learning media in the form of a pop-up box based on problem solving as a media for learning physics, 2 to know the attractiveness of learning media in the form of pop-up box based on problem solving as a medium of physics learning. This research is an R & D research that adopts the development of Borg &Gallyang has been modified by Sugiono. Subjects in this study are students class VIII SMPN 5 Bandarlampung, SMP WIYATAMA Bandarlampung and MTS Al-Huda JatiAgung with data collection instruments used in the form of questionnaires given to material experts, media experts, educators physics junior high school to test the quality of media learning and questionnaire response learners to know the interest / response of learners to learning media developed. The type of data generated is qualitative data which is analyzed by guidance criteria of rating category to determine product quality using Likert scale. The results of this study are; 1 Produce a pop-up box product as a learning medium; the product quality that has been developed is "very feasible" with percentage based on expert material appraisal, 89,67% by media expert equal to 89,77% and educator of junior high school with percentage equal to 91,11%; 2 Student response conducted with small group trial and VIII class trial in 3 three schools with feasibility percentage and field trials in 3 three schools each at SMPN 5 Bandarlampung 92,54%, SMP WIYATAMA Bandarlampung 95,50%, and MTS Al-Huda JatiAgung 93,6%. Keywords Research and Development, Learning Media, Pop-Up Box Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk; 1 Mengetahui kelayakan media pembelajaran berupa kotak Pop-up berbasis problem solving sebagai media pembeljaran fisika; 2 Mengetahui kemenarikan media pembelajaran berupa kotak pop-up berbasis problem solving sebagai media pembelajaran fisika. Penelitian ini merupakan penelitian R&D yang mengadopsi pengembangan dari Borg & Gall yang telah dimodifikasi oleh Sugiono. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII SMPN 5 Bandarlampung, SMP WIYATAMA Bandarlampung dan MTS Al-Huda Jati Agung dengan instrument pengumpulan data yang digunakan berupa angket yang diberikan kepada ahli materi, ahli media, tenaga pendidik fisika SMP untuk menguji kualitas media pembelajaran dan angketr espon peserta didik untuk mengetahui ketertarikan/respon peserta didik terhadap media pembelajaran yang dikembangkan. Jenis data yang dihasilkan adalah data kualitatif yang dianalisis dengan pedoman kriteria kategori penilaian untuk menentukan kualitas produk menggunakan skala Likert. Hasil penelitian ini adalah; 1 Menghasilkan produk berupa kotak pop-up sebagai media pembelajaran; kualitas produk yang telah dikembangkan adalah âsangat layakâ dengan persentase berdasarkan penilaian ahli materi, 89,67% oleh ahli media sebesar 89,77 % dan tenaga pendidik SMP dengan persentasese besar 91,11%; 2 Respon pesertadidik yang dilakukan dengan uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan kelasVIII di 3 tiga Sekolah dengan persentase kelayakan 95,47% dan uji coba lapangan di 3 tiga Sekolah masing-masing sebesardi SMPN 5 Bandarlampung 92,54%, SMP WIYATAMA Bandarlampung 95,50%, dan MTS Al-Huda Jati Agung 93,6%. Kata kunci Penelitian dan Pengembangan, Media Pembelajaran, Kotak Pop-Up Fitri WahyuniAbstrak Setiap siswa pada hakikatnya kreatif. Untuk mengembangkan potensi kreatif siswa diperlukan lingkungan yang dapat memfasilitasi perkembangan potensi kreatif. Salah satu layanan bimbingan dan konseling yang efektif untuk mengembangkan kreativitas siswa adalah layanan bimbingan kelompok. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model bimbingan kelompok dengan teknik mind mapping untuk mengembangkan kreativitas siswa SMP N 2 Semarang. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Educational Research and Development. Hasil implementasi model menunjukkan bahwa model bimbingan kelompok dengan teknik mind mapping terbukti efektif mengembangkan kreativitas siswa. Tingkat kreativitas siswa mengalami kenaikan sebesar 8,2% dari sebelumnya 66,1% meningkat menjadi 74,3%. Peningkatan tersebut terjadi pada semua aspek kreativitas. Hasil uji statistik wicoxon menunjukkan nilai probabilitas dibawah 0,05 0,0025<0,05, artinya bahwa bimbingan kelompok teknik mind mapping efektif untuk mengembangkan kreativitas siswa. Disarankan bagi guru khususnya guru bimbingan dan konseling untuk selalu meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling, dan model bimbingan kelompok dengan teknik mind mapping yang dikembangkan dalam penelitian ini hendaknya dapat digunakan konselor sebagai salah satu model layanan dalam membantu siswa SMP untuk mengembangkan kreativitas siswa. Abstract Each student is essentially creative. In order to construct student creative potency required an environment wich facilitating the development of creative potency. One of guidance and counseling effective service to develop creativity is group guidance services. The aim of this research is to generate an effective mind mapping tecni-que group guidance model to improve students' creativity. This study uses a model of educational research and development. The results showed that mind mapping technique group guidance model is effective to improve students' creativity. Level of students' creativity increased creativity about before group guidance is 66% and after group guidance. It increased of level of occurred in all aspects of creativity. The results from test statistic wilcoxon that skor of probability under 0,0025<0,05, so mind mapping technique group guidance model is effective to improve students' creativity. Suggestions for teachers, especially guidance and counseling teachers always improve the quality of guidance and counseling services, and mind mapping technique group guidance model developed in this research should be used by counselor as a model services to helping junior high school students to enhance their creativity. Erwin Putera PermanaYeny Endah Purnama SariThis research is based on the observation in the third grade of Natural Science IPA subject matter of healthy and unhealthy environment characteristic, that most of students have difficulty in learning because the teacher uses conventional teaching method. In addition, the use of learning media is considered less maximized by teachers. This research is research and development R & D with model of ADDIE development. Stages there are 5 stages namely 1 Analysis Analysis, Development Design, Implementation Implementation, Evaluation Evaluation. Validation is done by material experts, media experts, and classroom teachers. The conclusion of this research is 1 Result of Development of Pop Up Book media with material to distinguish the characteristics of healthy and unhealthy environment Valid. 2 The teacher's response to the learning media of Pop Up Book that was developed, after being used in learning material, characteristic of healthy and unhealthy environment obtained good response. Likewise the response of students to this media get a positive response. 3 Pop Up Book media characteristics of a healthy and unhealthy environment based on the overall assessment of the percentage of assessment is in the category of very appropriate to be used as a medium of learning Natural Science for grade 3 primary school students. Based on the conclusions of this study, recommended 1 for teachers, one of the media that can be used in supporting the learning process is Pop Up Book, can help students become more active and can create a fun class atmosphere. 2 For further research, trials should be conducted more widely, so as to produce a widely used learning medium. Rachmat SahputraIncreasing Student Interest With Inquiry Approach Lesson In Natural Sciences IPA Primary School. Students' interest in learning Natural Sciences IPA which is characterized by relatively low less attention and less active students during learning in the classroom. This study is intended as an effort to increase student interest in learning the science subjects. The study was conducted by the method of Classroom Action Research CAR conducted an inquiry approach to fourth grade students in public elementary school Tanjung Sari Nanga Pinoh using instruments such as observation sheets. The data were tested for normality distribution of the observation of the data with the Kolmogorov-Smirnov and Shapiro-Wilk and t-test for the significance of differences in the data each cycle. The results of the research that has been conducted in two cycles of learning for 22 students in action cycle I gained interest in learning with the percentage of Through the inquiry approach to learning that is done has improved the students' interest in learning science subjects with the results of the data obtained in the second cycle as much as 100% of students have been interested in the science lessons, characterized by high enthusiasm to learn and actively take part in the experiment are taught. Thus through the inquiry approach has been able to increase student interest, especially in natural science subjects and can improve the process. Keywords Interest in learning, inquiry approach, Lesson in natural DarusmanABSTRAK Masalah yang melatar belakangi penelitian ini adalah masih rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematik siswa Sekolah Menengah Pertama SMP, sehingga diperlukan metode pembelajaran untuk mengatasi masalah tersebut. Metode yang diterapkan adalah Metode Mind Mapping , dikarenakan dengan metode pembelajaran mind mapping kemampuan berpikir kreatif matematik siswa lebih baik jika dibandingkan dengan metode pembelajaran latar belakang tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan metode mind mapping lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya biasa. Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen berbentuk kelompok kontrol pretes-postes, dengan perlakuan metode pembelajaran mind mapping dan pembelajaran biasa konvensional. Pengumpulan data dalam penelitian ini berupa tes uraian sebanyak 4 soal, kemudian data skor kemampuan berpikir kreatif matematik siswa tersebut dianalisis dengan statistik deskriptif dan inferensial dengan menggunakan uji perbedaan dua rata-rata. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa SMP yang pembelajarannya menggunakan metode mind mapping lebih baik daripada cara biasa. Kata Kunci Berpikir Kreatif Matematik, Mind Mapping ABSTRACT The problem of the background of this research is still low ability to think creatively mathematical school students SMP, so that the necessary learning methods to overcome these problems. The method applied is Mind Mapping method, because the mind mapping method of learning mathematics students' creative thinking ability is better when compared to the learning method this background, this study aims to determine whether the ability of creative thinking of students learning mathematics using mind mapping better than the usual student learning. This research is a form of quasi-experimental pretest-posttest control group, the treatment methods of teaching and learning mind mapping regular conventional. Collecting data in this study is a description of the test as much as 4 questions, then the data is the ability to think creatively math scores of students were analyzed with descriptive and inferential statistics using two different test average. Based on the results of the data analysis we concluded that the increase in the ability to think creatively mathematical junior high school students are learning to use mind mapping method is better than the usual way. Keywords Creative Thinking Mathematics, Mind HamalikHamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung Bumi Permainan Bingo Dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Standar KompetensiL M SholikahI G P A BuditjahjantoSholikah, L. M., Buditjahjanto, I. G. P. A. 2013. Pengaruh Permainan Bingo Dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Standar Kompetensi terhadapmata pelajaran IPA melalui penerapn model pembelajaran type jigsaw. c) Dokumentasi Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.33 Metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan Paper ini memaparkan hasil analisis video kegiatan pembelajaran untuk membandingkan ketepatan pemilihan strategi pengajaran pendekatan, metode, dan media oleh tiga subjek penelitian yang memiliki jenjang karier berbeda. Ketiga subjek tersebut adalah mahasiswa jurusan pendidikan yang sedang melakukan simulasi di kelasnya, mahasiswa tingkat akhir yang sedang melakukan Program Pengalaman Lapangan PPL, dan guru berpengalaman. Hasil analisis menunjukkan bahwa guru berpengalaman menggunakan pendekatan, metode, dan media yang tepat dan lebih variatif dibandingkan mahasiswa. Selain itu, guru berpengalaman cenderung lebih menguasai materi pembelajaran dan mampu mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini juga teramati pada mahasiswa PPL yang menggunakan fenomena sehari-hari sebagai bahan diskusi. Meski demikian, ketiga subjek memperlihatkan pola distribusi waktu penyajian konsep yang relatif sama, yaitu lebih dari 90% pada kegiatan inti dan kurang dari 5% untuk kegiatan pendahuluan dan penutup. Paper ini diharapkan dapat menyajikan gambaran mengenai realita yang terjadi di lapangan sebagai bahan evaluasi dalam pembelajaran IPA, baik untuk mahasiswa, guru, ataupun semua pihak yang terkait di dunia pendidikan. The accuracy of the selection of approaches, methods, and media for the characteristics of combined science materials Abstract This paper presents the results of a video analysis of learning activities to compare the accuracy of the selection of teaching strategies approaches, methods, and media by three subjects with different career paths. The three subjects are college students majoring in education conducting simulations in the classroom, final-year college students conducting a Field Experience Program PPL, and experienced teachers. The results of the analysis show that experienced teachers use the right approach, method, and media that are more varied than both students. Besides, experienced teachers tend to be better at learning material and are able to link learning to everyday life. This was also observed in PPL students who used everyday phenomena as the discussion material. However, the three subjects showed a relatively similar time distribution pattern of the concept presentation, which is more than 90% in core activities and less than 5% for preliminary and closing activities. This paper is expected to present a picture of the reality that occurs in the field as an evaluation material in learning science, both for students, teachers, or all parties involved in the world of education. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Available online at Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 7 1, 2021, 12-21 This is an open access article under the CCâBY-SA license. Ketepatan pemilihan pendekatan, metode, dan media terhadap karakteristik materi IPA Rusyda Mutanaffisah 1 *, Resmi Ningrum 1, 2, Ari Widodo 1 1 Universitas Pendidikan Indonesia. Jl. Dr. Setiabudi Bandung, Jawa Barat 40154 Indonesia 2 Sekolah Menengah Pertama Negeri 51 Bandung. Jl. Raya Derwati, Kota Bandung, 40296, Indonesia * Coressponding Author. E-mail rusydaamutanaffisah Received 22 June 2020; Revised 3 March 2021; Accepted 10 March 2021 Abstrak Paper ini memaparkan hasil analisis video kegiatan pembelajaran untuk membandingkan ketepatan pemilihan strategi pengajaran pendekatan, metode, dan media oleh tiga subjek penelitian yang memiliki jenjang karier berbeda. Ketiga subjek tersebut adalah mahasiswa jurusan pendidikan yang sedang melakukan simulasi di kelasnya, mahasiswa tingkat akhir yang sedang melakukan Program Pengalaman Lapangan PPL, dan guru berpengalaman. Hasil analisis menunjukkan bahwa guru berpengalaman menggunakan pendekatan, metode, dan media yang tepat dan lebih variatif dibandingkan mahasiswa. Selain itu, guru berpengalaman cenderung lebih menguasai materi pembelajaran dan mampu mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini juga teramati pada mahasiswa PPL yang menggunakan fenomena sehari-hari sebagai bahan diskusi. Meski demikian, ketiga subjek memperlihatkan pola distribusi waktu penyajian konsep yang relatif sama, yaitu lebih dari 90% pada kegiatan inti dan kurang dari 5% untuk kegiatan pendahuluan dan penutup. Paper ini diharapkan dapat menyajikan gambaran mengenai realita yang terjadi di lapangan sebagai bahan evaluasi dalam pembelajaran IPA, baik untuk mahasiswa, guru, ataupun semua pihak yang terkait di dunia pendidikan. Kata Kunci pendekatan, media, metode, Ilmu Pengetahuan Alam The accuracy of the selection of approaches, methods, and media for the characteristics of combined science materials Abstract This paper presents the results of a video analysis of learning activities to compare the accuracy of the selection of teaching strategies approaches, methods, and media by three subjects with different career paths. The three subjects are college students majoring in education conducting simulations in the classroom, final-year college students conducting a Field Experience Program PPL, and experienced teachers. The results of the analysis show that experienced teachers use the right approach, method, and media that are more varied than both students. Besides, experienced teachers tend to be better at learning material and are able to link learning to everyday life. This was also observed in PPL students who used everyday phenomena as the discussion material. However, the three subjects showed a relatively similar time distribution pattern of the concept presentation, which is more than 90% in core activities and less than 5% for preliminary and closing activities. This paper is expected to present a picture of the reality that occurs in the field as an evaluation material in learning science, both for students, teachers, or all parties involved in the world of education. Keywords approach, media, method, Combined Science How to Cite Mutanaffisah, R., Ningrum, R., & Widodo, A. 2021. Ketepatan pemilihan pendekatan, metode, dan media terhadap karakteristik materi IPA. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 71, 12-21. doi PENDAHULUAN Ilmu Pengetahuan Alam IPA merupakan cabang ilmu yang bersifat dinamis dan saling berkaitan dengan cabang ilmu lainnya. Pada kenyataannya, masih banyak siswa yang memiliki pemikiran bahwa IPA merupakan kumpulan fakta yang statis, mutlak, dan harus dihapal. Kesalahan pemikiran tersebut terjadi karena guru belum banyak memberikan pemahaman mengenai hakikat IPA pada kegiatan pembelajaran di kelas Ali et al., 2013; McComas et al., 2002. Salah satu penyebabnya adalah karena tingkat pemahaman guru yang masih rendah Adi & Widodo, 2018; Jumanto & Widodo, 2018; Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 7 1, 2021 - 13 Rusyda Mutanaffisah, Resmi Ningrum, Ari Widodo Copyright Š 2021, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA ISSN 2406-9205 print, ISSN 2477-4820 online Rochintaniawati et al., 2009. Pemahaman mengenai hakikat IPA perlu dimiliki siswa untuk membantu mereka memahami materi Mariana & Praginda, 2009. Namun, lebih dari itu, pengetahuan dan pema-haman guru mengenai hakikat IPA akan memengaruhi mereka dalam memilih strategi pengajaran yang akan digunakan McComas et al., 2002. Dari sini kita bisa melihat bahwa pemahaman hakikat IPA berhubungan dengan kemampuan pedagogik guru. Kemampuan pedagogik berhubungan dengan praktik mengajar guru dalam menyajikan pelajaran. Tingkat pemahaman hakikat IPA yang rendah menunjuk-kan bahwa guru tidak menguasai pedagogik dengan baik sehingga cara penyajian pelajaran bisa menjadi tidak tepat. Hasil penelitian skala internasional yaitu TIMSS Mullis et al., 2016 dan PISA Schleicher, 2019 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa di Indonesia masih dibawah rata-rata. Padahal, soal-soal yang ada di dalam TIMSS maupun PISA merupakan soal-soal yang kontekstual. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena ketidaktepatan guru dalam menyajikan pembelajaran. Guru kurang mengaitkan materi yang sedang dibahas dengan konteks kehidupan Ali et al., 2013; Rochintaniawati et al., 2009, sehingga siswa kesulitan mengaplikasikannya. Selain itu, umumnya pembelajaran IPA dilakukan di dalam kelas sehingga peserta didik kurang berinteraksi dengan media dan sumber belajar lain. Hal tersebut membuat pembelajaran cenderung bersifat tekstual dan hanya menekankan pada penyelesaian materi pelajaran. Guru lebih memilih untuk menggunakan metode ceramah Rochintaniawati et al., 2009 terutama dalam membelajarkan materi IPA yang mereka anggap sulit Insani, 2016. Akibatnya, pengalaman peserta didik hanya sebatas mendengar dan mencatat penjelasan guru Sitanggang & Yulistiana, 2015. Kebanyakan guru juga belum menguasai berbagai variasi pendekatan sehingga tidak bisa menerapkannya dalam pembelajaran IPA di kelas Maryanto & Hariyatmi, 2017. Seperti diketahui bahwa dalam kegiatan pembelajaran, guru tidak hanya perlu menguasai penge-tahuan mengenai konten materi IPA atau Content Knowledge CK, namun juga harus mampu memper-kaya wawasannya mengenai perkembangan pengetahuan pedagogik atau Pedagogical Knowledge PK dan pengetahuan konten pedagogi atau Pedagogical Content Knowledge PCK Insani, 2016; Loughran et al., 2012. PCK mungkin tidak secara langsung berhubungan dengan kualitas pengajaran guru, namun, PCK dapat menjadi indikator yang baik dari potensi guru untuk menyampaikan pengajaran yang berkualitas Widodo, 2017a. Guru dengan PCK yang kuat akan akan menyajikan pelajaran dengan lebih efektif dan mendukung pembelajaran siswa Widodo, 2017b. Salah satu faktor yang memengaruhi kemampuan PCK guru adalah pengalaman mengajar Kastutik & Hariyatmi, 2017; Putra et al., 2017. Kemampuan PCK guru di setiap sekolah berbeda Chotimah & Hariyatmi, 2017, namun umumnya guru berpengalaman menunjukkan kemampuan PCK yang terkategori baik. Hal ini juga terlihat pada kemampuan PCK calon guru yang mengalami pening-katan setelah mendapatkan pengalaman praktik mengajar GroĂschedl et al., 2015; Padila et al., 2017. Calon guru sebenarnya sudah bisa menentukan dan memilih strategi pembelajaran untuk mencapai Kompetensi Dasar pembelajaran, namun belum mampu menerapkannya secara maksimal Sukaesih, Ridlo, & Saptono, 2017 karena kurangnya pengalaman. Pengalaman mengajar akan membuat seorang guru mampu mengembangkan strategi pembelajaran materi IPA yang tepat sesuai karakteristik siswa dan materinya Anwar et al., 2016. Setiap materi dalam pelajaran IPA memiliki karakteristik yang khas. Beberapa materi bisa diajar-kan secara tradisional dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Namun, beberapa materi perlu dibahas melalui kegiatan diskusi dan eksperimen. Beberapa konsep perlu diajarkan secara berurutan dan sistematis, namun konsep lainnya dapat berupa pengetahuan yang bisa langsung diperoleh dari pengalaman dan pengamatan sehari-hari Cakir, 2008. Meskipun tidak ada cara terbaik mengajar setiap materi IPA yang berlaku secara universal, guru IPA perlu mengetahui bagaimana karakteristik setiap materi dan karakteristik siswa mereka agar dapat berhasil mengajarkan materi dengan dengan efektif dan efisien National Research Council, 1997; Insani, 2016. Berbagai penelitian untuk melihat gambaran kegiatan pembelajaran IPA di kelas sudah pernah dilakukan terhadap guru berpengalaman Rochintaniawati et al., 2009; Widodo, 2006, 2017a. Hasil penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak semua guru berpengalaman telah mampu memaksimalkan waktu dan strategi pembelajaran secara efektif dan efisien. Di sisi lain, penelitian mengenai perbandingan ketepatan pemilihan strategi pembelajaran mahasiswa jurusan pendidikan, mahasiswa PPL, dan guru berpengalaman belum banyak dilakukan. Padahal, data tersebut bisa mem-berikan gambaran mengenai persamaan ataupun perbedaan yang ada pada ketiga kelompok tersebut. Selain itu, pandangan bahwa guru berpengalaman akan lebih baik dari mahasiswa yang cenderung Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 7 1, 2021 - 14 Rusyda Mutanaffisah, Resmi Ningrum, Ari Widodo Copyright Š 2021, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA ISSN 2406-9205 print, ISSN 2477-4820 online kurang pengalaman juga akan dapat dijelaskan dengan melakukan penelitian mengenai perbandingan antara ketiganya. Oleh karena itu, paper ini akan memaparkan hasil analisis berdasarkan data empiris mengenai perbandingan strategi pembelajaran yang dilakukan oleh mahasiswa jurusan pendidikan, mahasiswa PPL, dan guru berpengalaman. Penelitian ini bisa menjadi bahan evaluasi dan refleksi untuk masing-masing kelompok dan menjadi pembelajaran untuk kegiatan pembelajaran IPA selanjutnya. METODE Penelitian menggunakan analisis deskriptif dari data yang didapatkan. Subjek penelitian terdiri dari 3 partisipan yang berasal dari kelompok yang memiliki jenjang karier berbeda, yaitu mahasiswa tingkat 3 jurusan pendidikan yang melakukan simulasi pembelajaran di kelasnya, mahasiswa yang sedang melakukan PPL, dan guru IPA yang berpengalaman. Data penelitian dari ketiga subjek diambil dengan melakukan observasi kegiatan pembelajaran selama satu pertemuan dari masing-masing partisipan. Observasi tidak dilakukan peneliti secara langsung di kelas, namun dengan merekamnya menjadi video. Penggunaan video memungkinkan peneliti untuk dapat menggambarkan proses pembel-ajaran secara lengkap dan dapat diulang-ulang bila perlu untuk mendapat kejelasan. Kelebihan lain menggunakan video adalah dapat menggabungkan analisis kualitatif dan kuantitatif dengan cara yang tidak mungkin dilakukan dengan jenis data yang lain, dapat memberikan referensi untuk deskripsi guru tentang kualitas pengajaran, dapat memfasilitasi komunikasi hasil penelitian, serta dapat menyediakan sumber gagasan baru untuk cara mengajar. Namun, penggunaan video juga memiliki kekurangan, yaitu siswa dan guru dapat mengubah perilaku alaminya selama perekaman video Stigler et al., 1999. Video yang didapatkan dari ketiga subjek kemudian diamati masing-masing sebanyak minimal tiga kali. Pemutaran video pertama kali ditujukan agar peneliti bisa mendapatkan gambaran keseluruhan kegiatan pembelajaran. Namun, peneliti juga mencatat beberapa hal lain yang teramati, misalnya ke-giatan yang dilakukan di luar pembelajaran atau pembahasan konsep. Pada pemutaran video yang kedua, peneliti mulai fokus untuk mencatat konsep-konsep yang dibahas oleh guru selama kegiatan penda-huluan, inti, dan penutup. Untuk mendapatkan hasil analisis yang lebih detail, peneliti menggunakan software tertentu sehingga video dapat diatur agar terus berputar berulang-ulang setiap sepuluh detik. Hasil analisis dibuat dalam sebuah diagram alur untuk mendapatkan gambaran kegiatan pembelajaran, konsep-konsep yang dibahas, serta masing-masing waktu pembahasannya. Selanjutnya, peneliti akan mulai menganalisis pendekatan, metode, dan media yang digunakan guru untuk membahas setiap konsep dari pemutaran video yang ketiga. Ketiga subjek mengajarkan materi yang berbeda dan dengan durasi waktu yang berbeda pula. Mahasiswa membahas âEkosistem Rantai dan Jaring-jaring Makananâ untuk kelas 7, mahasiswa PPL membahas âOrgan Ekskresi Kulitâ untuk kelas 8, sementara guru berpengalaman membahas âMassa Jenisâ untuk kelas 7. Meskipun berbeda materi, namun ketiga subjek sama-sama mengajarkan konsep dalam pelajaran IPA untuk SMP. Oleh karena adanya perbedaan materi ini, penelitian hanya akan difokuskan untuk membahas pemilihan pendekatan, metode, dan media oleh masing-masing subjek penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum membahas mengenai strategi pembelajaran yang digunakan, pada paper ini akan dipaparkan gambaran kegiatan pembelajaran dari ketiga subjek penelitian. Perbandingan persentase distribusi waktu untuk pembahasan konsep antara ketiga subjek penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Secara sekilas, dapat terlihat bahwa guru berpengalaman memiliki nilai persentase penggunaan waktu untuk kegiatan pembelajaran yang paling sedikit dibandingkan dengan kedua mahasiswa. Hasil analisis video menunjukkan bahwa ketiga subjek menggunakan waktu di luar kegiatan pembelajaran dengan kegiatan seperti pendisiplinan siswa pengorganisasian siswa sebelum praktikum atau kegiatan berkelompok dan jeda menunggu waktu tanggapan atau respon siswa ketika berdiskusi. Selain itu, mahasiswa PPL dan guru berpengalaman juga beberapa kali memberikan motivasi kepada siswa dalam belajar. Guru berpengalaman bahkan menghubungkan motivasi tersebut dengan kisah ilmuwan yang sedang dibahas dalam kegiatan pembelajaran, yaitu Archimedes. Dalam pembelajaran terutama pel-ajaran IPA, kegiatan seperti ini perlu dilakukan karena guru berperan sangat penting dalam membentuk kepercayaan diri, mindset, dan kemampuan siswa untuk fokus dan bersungguh-sungguh dalam belajar Darling-Hammond et al., 2020. Namun, hanya guru berpengalaman yang menghubungkan pembel- Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 7 1, 2021 - 15 Rusyda Mutanaffisah, Resmi Ningrum, Ari Widodo Copyright Š 2021, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA ISSN 2406-9205 print, ISSN 2477-4820 online ajaran dengan kebermanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan yang lainnya tidak melaku-kan hal ini. Gambar 1. Persentase Distribusi Penggunaan Waktu Selama Kegiatan Pembelajaran Secara umum, kegiatan pembelajaran dapat dibagi menjadi 3 tahap, yaitu tahap pendahuluan/ awal, inti, dan penutup Majid, 2008. Ketiga subjek penelitian memiliki total durasi mengajar yang berbeda, sehingga pada paper ini digunakan nilai persentase untuk melihat perbandingan distribusi penggunaan waktu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Perbandingan distribusi waktu pem-bahasan konsep di setiap tahap kegiatan pembelajaran dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Persentase Distribusi Waktu Pembahasan Konsep di Setiap Tahap Kegiatan Pembelajaran Secara keseluruhan, dapat dilihat bahwa distribusi waktu untuk tahap inti oleh ketiga subjek pene-litian memiliki persentase yang paling besar, bahkan hingga melebihi 90%. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga subjek penelitian sudah memaksimalkan pembahasan konsep pada tahap inti dengan baik. Tahap inti merupakan tahap yang paling penting karena pada tahap inilah terjadinya proses pembelajaran yang sebenarnya. Namun, dari ketiganya, hanya guru berpengalaman yang membahas konsep pada saat kegiatan penutup. Padahal, pada tahap penutup, guru seharusnya mengajak siswa untuk menyimpulkan pembelajaran Rochintaniawati et al., 2009 dan mengaitkannya dengan konsep yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. Pembahasan konsep pada bagian penutup sangat sebentar dilakukan oleh mahasiswa PPL dan bahkan tidak dilakukan sama sekali oleh mahasiswa. Hasil yang sama juga terlihat pada penelitian sebelumnya terhadap calon guru biologi Sukaesih et al., 2017. Hal ini menunjukkan bahwa hanya guru berpengalaman yang mampu memaksimalkan kegiatan penutup dengan baik. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa ketiga subjek penelitian menggunakan strategi pembelajaran yang berbeda dalam menjelaskan materi yang sifatnya berbeda. Strategi pembelajaran yang diamati 83 907317 10270102030405060708090100Mahasiswa Mahasiswa PPL Guru BerpengalamanKegiatan Pembahasan Konsep Kegiatan di Luar Pembahasan Mahasiswa PPL Guru BerpengalamanPendahuluan Inti Penutup Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 7 1, 2021 - 16 Rusyda Mutanaffisah, Resmi Ningrum, Ari Widodo Copyright Š 2021, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA ISSN 2406-9205 print, ISSN 2477-4820 online adalah dalam hal dalam pemilihan pendekatan, metode, dan media. Perbedaan sifat materi dan pemilihan strategi pembelajaran oleh ketiga subjek penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Pendekatan, Metode, dan Media yang Digunakan Ketiga Subjek Penelitian Ceramah, diskusi, praktikum Teks, gambar, video, contoh benda-benda padat Pemilihan Pendekatan Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa ketiga subjek penelitian memilih pendekatan konsep sebagai salah satu pendekatan yang digunakan selama kegiatan pembelajaran. Namun, hanya mahasiswa yang memilih pendekatan konsep sebagai satu-satunya pendekatan yang digunakan. Jika dibandingkan dengan mahasiswa, mahasiswa PPL dan guru berpengalaman sudah menggunakan pendekatan konsep dengan tepat. Pemilihan pendekatan dalam pembelajaran sangat penting. Guru yang menerapkan pendekatan yang inovatif bisa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan proses siswa Sukaesih, Ridlo, & Saptono, 2019. Pemilihan pendekatan konsep oleh mahasiswa tidak cukup untuk membelajarkan materi menge-nai âEkosistemâ yang sifatnya perlu observasi. Pendekatan konsep memang diperlukan untuk mencegah miskonsepsi mengenai zat, energi, siklus nutrisi, dan aliran energi pada materi ekosistem National Science Teachers Association, 2009, namun konsep ini akan lebih baik dipahami dan dimaknai siswa dengan pendekatan lingkungan Widodo, Rachmadiarti, & Hidayati, 2017. Guru bisa mengajak siswa secara berkelompok untuk mengamati lingkungan sekitar, kemudian siswa mengelompokkan komponen biotik dan abiotik lalu membuat rantai makanan dan jaring-jaring makanan. Mahasiswa PPL menggunakan pendekatan konsep dan konstruktivisme dalam kegiatan pembel-ajaran. Dari total 12 konsep, hanya ada 2 konsep yang menggunakan pendekatan konsep yaitu kulit dan aktivitas tubuh sebagai konsep awal yang digunakan pada tahap pendahuluan diskusi. Pemilihan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran materi ini kurang tepat. Pembahasan materi ekskresi ini sebaiknya menggunakan pendekatan saintifik Zubaidah et al., 2017. Selain itu, mahasiswa PPL juga dapat menerapkan pendekatan proses, yaitu dengan memberikan aktivitas yang menunjukkan pro-ses pembentukan keringat. Misalnya, dengan meminta beberapa siswa untuk berlari di tempat atau melakukan aktivitas olahraga tertentu. Setelah itu, mahasiswa PPL bisa menghubungkan konsep pembentukan keringat dengan konsep suhu, detak jantung, pori-pori, dan bau badan. Guru berpengalaman menggunakan 3 jenis pendekatan berbeda selama kegiatan pembelajaran, yaitu pendekatan konsep, proses, dan historis. Ketiga pendekatan ini digunakan secara tepat oleh guru. Pendekatan konsep digunakan dengan menghubungkan konsep yang sedang dipelajari dengan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Pendekatan proses digunakan untuk membangun pemahaman konsep utama pembelajaran yang sifatnya eksploratif, yaitu mengenai massa jenis. Para siswa secara berkelompok melakukan kegiatan pengukuran massa jenis dan mendapatkan pemahaman mengenai massa jenis melalui kegiatan tersebut. Hal ini sejalan dengan apa yang disarankan di dalam buku pegangan guru, bahwa untuk mengajarkan konsep ini sebaiknya menggunakan pendekatan proses Widodo et al., 2017. Selain pendekatan proses, guru berpengalaman juga menggunakan pendekatan konsep dan historis, sehingga lebih bervariatif dan melebihi pendekatan yang disarankan dalam buku pegangan guru. Pendekatan historis digunakan guru untuk memberikan pemahaman awal sebelum siswa memahami konsep massa jenis. Guru menyajikan sebuah cerita di masa lalu mengenai penemuan Archimedes dan bagaimana penemuannya berguna hingga saat ini, terutama dalam mengetahui nilai massa jenis. Strategi pemilihan pendekatan historis pada materi massa jenis ini sudah tepat. Hal ini terlihat dari bagaimana siswa akhirnya mampu mensimulasikan penemuan Archimedes dan meng-hubungkan pentingnya pemahaman tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan historis yang digunakan dalam pembelajaran IPA tidak hanya menarik untuk siswa yang menyukai pelajaran IPA, tapi juga untuk siswa yang kurang menyukai IPA karena berbagai alasan, misalnya karena mereka menganggap konsep dalam IPA sulit dipahami, atau karena mereka tidak menyukai rumus dan perhitungan Mamlok-Naaman et al., 2005. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 7 1, 2021 - 17 Rusyda Mutanaffisah, Resmi Ningrum, Ari Widodo Copyright Š 2021, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA ISSN 2406-9205 print, ISSN 2477-4820 online Pemilihan Metode Ketiga subjek menggunakan metode yang berbeda sesuai sifat materi pelajaran yang dibahas. Namun, sama seperti pada pemilihan pendekatan, guru berpengalaman menggunakan metode yang lebih variatif dibandingkan mahasiswa dan mahasiswa PPL. Ketiganya menggunakan metode ceramah. Namun, hanya mahasiswa yang menggunakan metode ceramah ini sebagai satu-satunya metode yang digunakan selama kegiatan pembelajaran, meskipun penggunaannya kurang tepat untuk karakteristik materi Ekosistem. Mahasiswa PPL dan guru berpengalaman yang sudah tepat menerapkan metode ceramah dan menggabungkannya dengan metode lain, seperti diskusi. Guru berpengalaman bahkan menambahkan pendekatan historis sebelum masuk ke dalam kegiatan inti berupa praktikum. Kurangnya variasi yang digunakan mahasiswa kemungkinan karena adanya rasa kurang percaya diri, khawatir, dan ragu-ragu dalam membawakan materi di fase awal mengajar Sukaesih et al., 2017. Pada kegiatan pendahuluan, mahasiswa memberikan pertanyaan apersepsi mengenai komponen Ekosistem kepada siswa, kemudian siswa menjawab dan mahasiswa menanggapinya. Pada kegiatan inti, mahasiswa menjelaskan tentang peranan komponen ekosistem, rantai makanan, dan jaring-jaring makanan. Kemudian, siswa duduk berkelompok untuk menjawab pertanyaan pada Lembar Kegiatan Siswa LKS dan menyusun beberapa gambar menjadi jaring-jaring makanan. Selanjutnya, perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusinya diikuti dengan kegiatan menjawab pertanyaan dari kelompok lain. Setelah diskusi, mahasiswa membahas kembali pertanyaan-pertanyaan yang ada di LKS, tanpa menarik kesimpulan bersama siswa. Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa mahasiswa hanya menggunakan metode ceramah selama kegiatan pembelajaran, meskipun beberapa kali terjadi kegiatan tanya jawab baik dari guru ke siswa, maupun sebaliknya. Pemilihan metode ini kurang tepat, karena metode ceramah untuk jumlah siswa yang relatif banyak dan pasif hanya akan memberikan sedikit pemahaman nyata kepada siswa National Research Council, 1997. Materi seperti Ekosistem memerlu-kan keaktifan siswa untuk mengobservasi langsung lingkungan di sekitarnya Sitanggang & Yulistiana, 2015. Observasi akan mengasah kemampuan siswa untuk menggali pengetahuan dari setiap objek yang diamati Rochintaniawati et al., 2009. Hal ini sejalan dengan buku pegangan guru Widodo et al., 2017 yang menyarankan bahwa pada saat pembelajaran materi ekosistem ini sebaiknya menggunakan metode pengamatan langsung. Jika pun ada kendala untuk membawa siswa keluar kelas, akan lebih baik jika guru mengombinasikan metode ceramah dengan metode lain, misalnya role playing. Metode ini akan membuat siswa lebih memahami tentang peranan komponen ekosistem dan proses terjadinya jaring-jaring makanan. Mahasiswa PPL menggunakan metode ceramah untuk merangsang pengetahuan dasar siswa dengan memunculkan pertanyaan apersepsi berupa âapakah setelah berenang selama berjam-jam, kita akan berkeringat?â pada kegiatan pendahuluan. Pertanyaan yang merangsang pengetahuan dasar siswa seperti ini merupakan awal yang baik dalam memulai diskusi Wierdsma et al., 2016. Setelah itu, pada bagian inti, mahasiswa PPL teramati menggunakan metode diskusi. Pemilihan metode diskusi pada pembelajaran pembentukan keringat sudah tepat. Siswa dilatih untuk berpikir kritis seiring jalannya diskusi National Science Teachers Association, 2009, baik ketika mendengarkan pertanyaan guru, ataupun ketika mendengarkan pertanyaan dan sanggahan dari teman-temannya. Namun, mahasiswa PPL sebenarnya bisa mengemas kegiatan diskusi dengan melakukan rekontekstualisasi, yaitu dengan mengadaptasi konsep ekskresi di kulit ke dalam suatu konteks yang baru Wierdsma et al., 2016. Selain itu, guru juga bisa menggunakan metode praktikum dengan meminta setiap kelompok melakukan beberapa aktivitas tertentu dan mengamati berbagai variabel yang mempengaruhi proses berkeringat setiap orang misalnya apakah cepat lamanya seseorang dipengaruhi berat badan, suhu lingkungan, jenis aktivitas yang dilakukan, dsb. Hal ini sejalan dengan pernyataan Zubaidah et al. 2017 dalam buku pegangan guru yang menyarankan bahwa pada saat pembelajaran materi ekskresi ini sebaiknya menggunakan metode praktikum. Dengan demikian penggunaan metode yang dilakukan mahasiswa PPL kurang tepat. Jika dibandingkan dengan mahasiswa dan mahasiswa PPL, guru berpengalaman menggunakan metode yang lebih variatif, yaitu metode ceramah, praktikum dan diskusi. Metode ceramah digunakan pada kegiatan awal pembelajaran, yaitu ketika guru mencoba menjelaskan mengenai konsep zat dan zat padat secara umum. Meskipun menggunakan metode ceramah, komunikasi yang terjadi tidak hanya satu arah dari guru saja. Awalnya, guru menayangkan beberapa gambar contoh-contoh zat padat, lalu mena-nyakannya kepada siswa. Siswa kemudian akan menjawab sesuai pengetahuan mereka, lalu selanjutnya Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 7 1, 2021 - 18 Rusyda Mutanaffisah, Resmi Ningrum, Ari Widodo Copyright Š 2021, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA ISSN 2406-9205 print, ISSN 2477-4820 online guru akan memberikan jawaban dan penjelasan yang tepat. Kegiatan dilanjutkan dengan praktikum. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami LKS yang diberikan dan membiarkan siswa berdiskusi dan bekerja sama dalam kelompok untuk melakukan praktikum pengukuran massa jenis. Pemilihan metode praktikum ini sudah tepat Bella & Bachri, 2020. Hal ini sejalan dengan buku pegangan guru Widodo et al., 2017 yang menyarankan bahwa pada saat pembelajaran materi massa jenis sebaiknya menggunakan metode praktikum. Siswa akan lebih mengingat konsep, terutama rumus dalam pelajaran fisika, dengan melakukannya sendiri. Selain itu, kegiatan praktikum adalah kegiatan yang dianggap menyenangkan oleh siswa dalam pelajaran sains Maison et al., 2020. Pemilihan metode diskusi dalam materi ini juga tepat. Metode diskusi menjadi pilihan banyak guru IPA karena akan mengurangi intensitas penjelasan guru di depan kelas dan membuat siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran Insani, 2016. Dengan demikian metode pembelajaran guru berpengalaman sudah sesuai dengan yang disarankan dalam buku pegangan guru bahkan lebih variatif lagi. Hal ini sesuai dengan Anwar et al., 2014 yang menyatakan bahwa hal yang membedakan antara guru berpengalaman dan tidak berpengalaman yaitu guru berpengalaman dalam memilih metode tidak hanya terkait dengan karakteristik materi tetapi juga terkait pada latar belakang dan karakteristik siswa. Selain itu guru berpengalaman lebih kepada penggunaan multi metode sedangkan guru tidak berpengalaman lebih cenderung kepada model-model pembelajaran. Pemilihan Media Dalam pemilihan media, dapat dilihat bahwa guru berpengalaman juga menggunakan media yang lebih variatif dibandingkan mahasiswa dan mahasiswa PPL. Di antara ketiganya, hanya guru berpe-ngalaman pula yang sudah memilih media pembelajaran dengan tepat. Mahasiswa dan mahasiswa PPL hanya menggunakan media berupa gambar dua dimensi dan teks, bahkan belum secara optimal. Padahal jenis materi yang dibahas menuntut mereka untuk menggunakan media yang lebih tepat. Kurangnya variasi penggunaan media oleh mahasiswa calon guru menunjukkan mereka belum menerapkan pemahaman terhadap kurikulum, hakikat belajar, dan prinsip belajar aktif secara maksimal Sukaesih et al., 2017. Mahasiswa menggunakan media berupa teks yang ditampilkan pada slide power point. Media lainnya adalah gambar-gambar dua dimensi yang harus disusun oleh siswa secara berkelompok untuk membentuk jaring-jaring makanan. Padahal, media terbaik yang seharusnya dipilih mahasiswa dalam membahas materi âEkosistemâ adalah media asli yang dapat ditemui siswa lingkungan di sekitar siswa. Dengan melakukan observasi lingkungan, siswa akan mendapatkan pengalaman belajar yang tidak akan pernah dilupakannya. Pembelajaran juga akan berlangsung secara kontekstual karena siswa dapat melihat langsung teori yang dipelajari di buku dengan keadaan langsung di lapangan. Selain itu, penggunaan media laboratorium alam atau lingkungan terbukti dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa Sitanggang & Yulistiana, 2015. Hal ini sejalan dengan Widodo et al. 2017 dalam buku pegangan guru yang menyarankan bahwa pada saat pembelajaran materi ekosistem ini sebaiknya menggunakan media asli yang diperoleh dari lingkungan sekitar. Dengan demikian penggunaan media yang dilakukan mahasiswa kurang tepat. Mahasiswa PPL menggunakan media gambar dua dimensi dalam membahas konsep mengenai aktivitas tubuh. Gambar yang digunakan berjumlah dua, yaitu berupa seseorang yang sedang berlari di bawah sinar matahari dan seseorang yang sedang berenang. Media gambar tersebut pada awalnya bisa menarik perhatian siswa, namun kemudian media tersebut menjadi kurang berguna. Media yang tepat untuk menjelaskan proses yang berlangsung dalam tubuh seperti proses pembentukan keringat adalah video dan model organ. Mahasiswa PPL seharusnya bisa memaksimalkan perkembangan media dan teknologi untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih menarik bagi siswa Sack, 2019. Penggunaan video dan model organ akan membantu siswa mendapatkan visualisasi dari proses yang tidak dapat dilihatnya secara langsung, sehingga materi akan lebih dipahami siswa Ilhamsyah, 2017. Selain itu, sebenarnya guru bisa memaksimalkan media asli. Proses pembentukan keringat merupakan proses alami yang bisa terjadi, dapat dibuktikan, dan bisa diamati oleh siswa. Guru bisa meminta siswa melakukan beberapa olahraga ringan yang bisa dilakukan di dalam kelas dan melihat reaksi tubuh yang terjadi setelahnya, dan membahasnya bersama. Hal ini sejalan dengan Zubaidah et al., 2017 dalam buku pegangan guru yang menyarankan bahwa pada saat pembelajaran materi ekskresi kulit ini sebaiknya menggunakan media asli yaitu kulit. Media lain yang pernah digunakan dalam pembelajaran sistem ekskresi manusia adalah media permainan truth or dare Rahayu & Martini, 2019. Media ini Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 7 1, 2021 - 19 Rusyda Mutanaffisah, Resmi Ningrum, Ari Widodo Copyright Š 2021, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA ISSN 2406-9205 print, ISSN 2477-4820 online terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian, penggunaan media oleh guru PPL kurang tepat. Selain menggunakan media teks dan gambar dua dimensi, guru berpengalaman menggunakan media berupa video tentang sejarah penemuan massa jenis dan berbagai benda padat yang akan digunakan selama praktikum. Hal ini sejalan dengan saran yang diberikan dalam buku pegangan guru Widodo et al., 2017 bahwa pada saat pembelajaran materi massa jenis sebaiknya menggunakan media asli yang digunakan pada saat praktikum. Guru berpengalaman menggunakan berbagai media tersebut secara tepat. Materi pelajaran fisika seperti massa jenis memerlukan pengalaman belajar berupa eksplo-rasi besaran-besaran yang saling berkaitan dalam suatu formula. Siswa akan memahami hubungan antar besaran dengan pengukuran dan pembuktian langsung. SIMPULAN Hasil analisis video menunjukkan bahwa guru berpengalaman menggunakan strategi pembelajaran berupa pemilihan pendekatan, metode, dan media yang lebih variatif dibandingkan mahasiswa dan mahasiswa PPL. Selain itu, pemilihan tersebut juga sudah tepat digunakan selama kegiatan pembel-ajaran. Hasil analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa hanya guru berpengalaman yang memaksimalkan kegiatan penutup untuk membahas konsep, baik yang telah dipelajari pada pertemuan hari itu ataupun mengaitkannya dengan pertemuan berikutnya. Namun, ada satu pola yang sama diantara ketiganya yaitu menggunakan kegiatan inti yang lebih dominan dibandingkan kegiatan pendahuluan dan kegiatan penutup. DAFTAR PUSTAKA Adi, Y. K., & Widodo, A. 2018. Pemahaman hakikat sains pada guru dan siswa Sekolah Dasar. Edukasi Journal, 101, 55â72. Ali, L. U., Suastra, I. W., & Sudiatmika, A. 2013. Pengelolaan pembelajaran IPA ditinjau dari hakikat sains pada SMP di Kabupaten Lombok Timur. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran IPA Indonesia, 31. Anwar, Y., Rustaman, N. Y., Widodo, A., & Redjeki, S. 2014. Kemampuan pedagogical content knowledge guru biologi yang berpengalaman dan yang belum berpengalaman. Jurnal Pengajaran MIPA, 191, 69â73. Anwar, Y., Rustaman, N. Y., Widodo, A., & Redjeki, S. 2016. Perkembangan kemampuan pedagogical content knowledge PCK calon guru biologi pada pendekatan konkuren. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 353, 349â356. Bella, O. K., & Bachri, B. S. 2020. Pengaruh model problem based learning terhadap hasil belajar pada materi massa jenis mata pelajaran ilmu pengetahuan alam kelas vii di sekolah menengah pertama Surabaya. Jurnal Mahasiswa Teknologi Pendidikan, 1010. Cakir, M. 2008. Constructivist approaches to learning in science and their implication for science pedagogy A literature review. International Journal of Environmental and Science Education, 34, 193â206. Chotimah, K., & Hariyatmi. 2017. Gambaran kemampuan pedagogicalcontent knowledge guru IPA kelas VII SMP Negeri se-Kabupaten Sukoharjo. Seminar Nasional Pendidikan Biologi Dan Saintek II, 16, 671â678. Darling-Hammond, L., Flook, L., Cook-Harvey, C., Barron, B., & Osher, D. 2020. Implications for educational practice of the science of learning and development. Applied Developmental Science, 242, 97â140. GroĂschedl, J., Harms, U., Kleickmann, T., & Glowinski, I. 2015. Preservice biology teachersâ professional knowledge structure and learning ppportunities. Journal of Science Teacher Education, 263, 291â318. Ilhamsyah, E. 2017. Pemanfaatan model ginjal dan LKS berjenjang dalam pembelajaran sistem ekskresi manusia untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas IX SMP Negeri 1 Wawo. Jurnal Ilmiah Mandala Education, 32, 232â242. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 7 1, 2021 - 20 Rusyda Mutanaffisah, Resmi Ningrum, Ari Widodo Copyright Š 2021, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA ISSN 2406-9205 print, ISSN 2477-4820 online Insani, M. D. 2016. Studi pendahuluan identifikasi kesulitan dalam pembelajaran pada guru IPA SMP se-Kota Malang. Jurnal Pendidikan Biologi, 72, 81â93. Jumanto, & Widodo, A. 2018. Pemahaman hakikat sains oleh siswa dan guru SD di Kota Surakarta. Jurnal Komunikasi Pendidikan, 21, 20â31. Kastutik, A. W., & Hariyatmi. 2017. Profil kemampuan Pedagogical Content Knowledge PCK guru IPA kelas VIII SMP Negeri di Kabupaten Sukoharjo. Seminar Nasional Pendidikan Biologi Dan Saintek II, 643â648. Loughran, J., Berry, A., & Mulhall, P. 2012. Understanding and developing science teachersâ pedagogical content knowledge 2nd ed.. Sense Publisher. Maison, M., Kurniawan, D. A., & Pratiwi, N. I. S. 2020. Pendidikan sains di sekolah menengah pertama perkotaan Bagaimana sikap dan keaktifan belajar siswa terhadap sains? Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 62, 135â145. Majid, A. 2008. Perencanaan pembelajaran mengembangkan standar kompetensi guru. PT Remaja Rosdakarya. Mamlok-Naaman, R., Ben-Zvi, R., Hofstein, A., Menis, J., & Erduran, S. 2005. Learning science through a historical approach Does it affect the attitudes of non-science-oriented students towards science? International Journal of Science and Mathematics Education, 33, 485â507. Mariana, I. M. A., & Praginda, W. 2009. Hakikat IPA dan pendidikan IPA. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Maryanto, J., & Hariyatmi. 2017. Profil pedagogical knowledge guru IPA kelas VIII SMP Muhammadiyah se-Kota Surakarta. Seminar Nasional Pendidikan Biologi Dan Saintek II, 666â670. McComas, W. F., Clough, M. P., & Almazroa, H. 2002. The nature of science in science education Rationales and strategies W. F. McComas ed.. Kluwer Academic Publishers. Mullis, I. V. S., Martin, M. O., Foy, P., & Hooper, M. 2016. TIMSS 2015 international results in science. TIMSS & PIRLS International Study Center, Boston College,. National Research Council. 1997. Science teaching reconsidered A handbook. The National Academies Press. National Science Teachers Association. 2009. The biology teacherâs handbook 4th ed.. BSCS NSTA Press. Padila, T. M., Anwar, Y., & Madang, K. 2017. Analisis kemampuan Pedagogical Content Knowledge PCK mahasiswa calon guru biologi FKIP Unsri sebelum dan setelah praktik mengajar. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA 2017, 571â581. Putra, M. J. A., Widodo, A., & Sopandi, W. 2017. Science teachersâ pedagogical content knowledge and integrated approach. Journal of Physics Conference Series, 8951, 012144. Rahayu, W., & Martini. 2019. Penggunaan media permainan truth or dare pada materi ekskresi manusia untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik di SMP Negeri 3 Sidoarjo. Jurnal Pendidikan Sains JPS, 72, 279â283. Rochintaniawati, D., Wulan, A. R., & Sriyati, S. 2009. Kebutuhan guru sekolah dasar di Cimahi dan Kabupaten Bandung dalam melangsungkan pembelajaran IPA. Jurnal Penelitian, 102, 1â11. Sack, J. D. 2019. Classroom materials and media reviews. The American Biology Teacher, 816, 459. THE Schleicher, A. 2019. PISA 2018 Insights and interpretations. OECD Publishing. 2018 Insights and Interpretations FINAL Sitanggang, N. D. H., & Yulistiana, Y. 2015. Peningkatan hasil belajar ekosistem melalui penggunaan laboratorium alam. Formatif Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 52, 156â167. Stigler, J. W., Gonzales, P., Kawanaka, T., Knoll, S., & Serrano, A. 1999. The TIMSS videotape Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 7 1, 2021 - 21 Rusyda Mutanaffisah, Resmi Ningrum, Ari Widodo Copyright Š 2021, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA ISSN 2406-9205 print, ISSN 2477-4820 online classroom study Methods and findings from an exploratory research project on eighth-grade ,athematics instruction in Germany, Japan, and the United States Issue February. Government Printing Office. Sukaesih, S, Ridlo, S., & Saptono, S. 2019. Development of biology teaching management textbooks based on competency and conservation to maximize Pedagogical and Content Knowledge PCK the prospective teachers. Journal of Physics Conference Series, 13213, 1â6. Sukaesih, Sri, Ridlo, S., & Saptono, S. 2017. Profil kemampuan Pedagogical Content Knowledge PCK calon guru biologi. Lembaran Ilmu Kependidikan, 461, 68â74. Widodo, A. 2017a. Teacher Pedagogical Content Knowledge PCK and studentsâ reasoning and wellbeing. Journal of Physics Conference Series, 812. Widodo, A. 2017b. Experienced biology teachersâ pedagogical content knowledge PCK on photosynthesis. AIP Conference Proceedings, 1848May. Widodo, A. 2006. The feature of biology lessons Results of a video study. Second UPI-UPSI Joint International Conference, 1â17. Widodo, W., Rachmadiarti, F., & Hidayati, S. N. 2017. Buku guru ilmu pengetahuan alam SMP/MTs kelas VII Edisi Revi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Wierdsma, M., Knippels, M. C., van Oers, B., & Boersma, K. 2016. Recontextualising cellular respiration in upper secondary biology education. Characteristics and practicability of a learning and teaching strategy. Journal of Biological Education, 503, 239â250. Zubaidah, S., Mahanal, S., Yuliati, L., Dasna, I. W., Pangestuti, A. A., Puspitasari, D. R., Mahfudhillah, H. T., Robitah, A., Kurniawati, Z. L., Rosyida, F., & Sholihah, M. 2017. Buku guru ilmu pengetahuan alam kelas VIII SMP/MTs. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. ... Science learning must become part of community life, taking place in various policies that involve students and community members in activities that are beneficial to their own lives Genisa et al., 2020. Each subject in science has its own characteristics, so teachers need to study each of these characteristics so they can teach material effectively and efficiently Mutanaffisah et al., 2021. In science learning, students not only learn about concepts but must understand a process of phenomena occurring by observing, demonstrating, experimenting, and exploring and constructing material. ...Riska SeptianitaErni SuhariniArif WidiyatmokoSungkowo Edy MulyonoThe learning innovation developed is combining learning modules with the use of mobile phones so that learning is interactive and meaningful. The preparation of the module uses the PBL stages with the content of socioscientific issues according to what happens in everyday life so that it is expected to train one of the 21st century skills is critical thinking skills and support digitization of education. This study aims to develop an interactive module containing problem based learning with socioscientific issues on the water cycle material and to determine the content and construct validity of the developed learning modules. The method used in development research was adapted from the RnD method with the ADDIE model Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation. The data collection technique was in the form of a validation questionnaire for material experts, linguists, and media experts. From the results of data validation and analysis, a percentage of was obtained for content validation and a percentage of 97,52% for construct validation, both of which were classified as very valid. From these results it can be concluded that the interactive module containing Problem Based Learning with socioscientific issues in the water cycle material is feasible to use in terms of validity aspects... Natural Sciences courses are directed at conducting experiments or practicums so that they can help students gain a deeper understanding of the natural sciences. The application of science learning in the classroom with appropriate methods has been proven to improve students' knowledge and skills Mutanaffisah et al., 2021; Ali & Sukmawati, 2022. Teachers have started to use various methods to teach science in the classroom, but often teachers fail to train the scientific character in students because the learning model used is still not appropriate and without consideration of students' intellectual abilities. ...Setyo Eko AtmojoThis study aims to analyze the effectiveness of online science learning assisted by a virtual laboratory on the scientific character of prospective elementary school teacher students. This scientific character is very much needed by prospective elementary school teachers to produce the next generation of the nation who master natural science and have good scientific character. This research method is an experiment with a quasi-experimental design type. The subjects of this study were students of classes A7 and A8, totaling 80 people. Data collection techniques using observation, questionnaires and tests. The data analysis technique used percentage, t-test, and N-gain. The results showed that there was an increase in the average appearance of scientific characters from each meeting from the medium level at the first meeting to high at the sixth meeting. The results of the t-test on the post-test score obtained that the t value = > t table = means that there is a significant difference in learning achievement between students who take online science learning assisted by virtual laboratories and students who take regular online science lessons. Based on the N-Gain test, it is known that the experimental group has an improvement with moderate criteria which is better than the control group with low improvement criteria nature of science has not been taught as a teaching material at school in Indonesia. This study aims to reveal the understanding of teachers and primary students about the nature of science. This study was a survey research with descriptive approach. Data were collected through closed questionnaires for teachers and students. Teachers and primary students as research subjects were located in Kuningan District. Purposive sampling was used as a sample. The results showed that both teachers and students have an understanding of the nature of science in the range of Intermediate categories. Because of the importance of understanding about the nature of science in science subjects, it is expected that further research to develop materials and learning models based on the nature of science in primary article draws out the implications for school and classroom practices of an emerging consensus about the science of learning and development, outlined in a recent synthesis of the research. Situating the review in a developmental systems framework, we synthesize evidence from the learning sciences and several branches of educational research regarding well-vetted strategies that support the kinds of relationships and learning opportunities needed to promote childrenâs well-being, healthy development, and transferable learning. In addition, we review research regarding practices that can help educators respond to individual variability, address adversity, and support resilience, such that schools can enable all children to find positive pathways to Usman AliThis study aimed to describe 1 the teachers understanding on the nature of science, 2 the application of the nature of science in teaching science, 3 the barriers ocoured during its implementation and 4 the solutions which was done to solve the learning problems. Designed as qualitative research, this closed to case study approach. This study in teaching learning process at the junior high school in SMP Negeri 1 Selong, SMP Negeri 1 Terara, and SMP Negeri 1 Masbagik. The data were collected trought observation, interview, questionnaires, and documentations. Triangulation is used to assess the credibility, truth, relevancy of the data and was done using Miles and Huberman intractive model of data analysis. The findings of the study showed 1 the teachers have low understanding about nature of science, 2 the teachers was seldom in applying the nature of science in learning process 25,0%, 3 the barriers found by the teachers was inapropriate of the subject materials with time managements, aspects of cognition oriented, studentsâ mental readiness and the teachers is not understanding of the nature of science, and 4 the teachers dominantly used discussion and speech methods than used inquiry methode in teaching learning objectives of this research are 1 to examine the feasibility of competences and conservation-based textbook of Biology teaching management, 2 to test the effectiveness of the developed textbooks in the small and large-scale test. This study is an Educational Research and Development R & D following the stages of potential and problems analysis, data collection, product design, product validation, trial usage, product revision, and mass production. The results of the feasibility assessment of the product by the expert, the textbook have content the very feasible criteria 77,88, and media experts gave very feasible criteria 83,35. In the small-scale test, the students responded that the book had met the criteria of excellent legibility, on 14 indicators of product legibility with an average legibility value of 90,07. The textbook legibility is excellent since the sentence is understandable and communicative, has illustration adequacy, easy to use, relevant to the competences achievement, as well as there is the integration of conservation character values and TPACK description. The large-scale test showed that the application of the developed textbook was effective in maximizing the ability of prospective teachersâ PCK. It is found that competences and conservation-based Biology Teaching Management textbook are very feasible and powerful to maximize the PCK of prospective biology integrated approach refers to the stages of pupils' psychological development. Unfortunately, the competences which are designed into the curriculum is not appropriate with the child development. This Manuscript presents PCK pedagogical content knowledge of teachers who teach science content utilizing an integrated approach. The data has been collected by using CoRe, PaP-eR, and interviews from six elementary teachers who teach science. The paper informs that high and stable teacher PCKs have an impact on how teachers present integrated teaching. Because it is influenced by the selection of important content that must be submitted to the students, the depth of the content, the reasons for choosing the teaching procedures and some other things. So for teachers to be able to integrate teaching, they should have a balanced ke-21 merupakan abad pengetahuan yang menghendaki segala aktivitas berbasis pada pengetahuan. Pada abad ke-21 ini sangat dibutuhkan keterampilan berpikir kritits, kreatif, kemampuan kolaboratif, metakognitif, kemampuan komunikasi, dan menguasai teknologi komunikasi. Selain itu, sikap dan keaktifan belajar merupakan hal penting yang harus dimiliki peserta didik dalam pembelajaran pada abad ke-21. Oleh karena itu penelitian ini dirancang untuk melihat bagaimana hubungan sikap dengan keaktifan belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA. Penelitian ini adalah penelitian mix methods metode asosiatif jenis korelasional. Prosedur penelitian ini dimulai dengan menyebarkan angket, dokumetasi, dan wawancara. Pengambilan data angket data kuesioner diberikan kepada 147 siswa di SMPN 18 Kota Jambi. Dari data tersebut kemudian dilakukan analisis data yaitu pengkodean data, penyariangan data-data yang layak dan analisis dari data tersebut. Teknik analisis data menggunakan uji korelasional untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara sikap dan keaktifan belajar. Hasil dari penelitian ini terdapat hubungan yang positif antara sikap dan keaktifan siswa pada mata pelajaran IPA yang ditunjukkan dari hasil analisis pearson correlation sebesar Science education in urban secondary school How attitude towards science and learning activity? AbstractThe 21st century is the age of knowledge which requires all knowledge-based activities. In the 21st century, critical thinking skills, creative skills, collaborative abilities, metacognitive skills, communication skills, and communication technology are needed. Besides, learning attitudes and activeness are important things that students must have in learning in the 21st century. Therefore this study was designed to see how the relationship between attitudes and student learning activeness in science subjects. This research is mixed-method research with an associative type of correlational method. This research procedure begins with distributing questionnaires, documentation, and interviews. Retrieving questionnaire data was given to 147 students at SMPN 18 Jambi City. From the data, data analysis was then carried out, namely data coding, filtering the appropriate data, and analyzing the data. The data analysis technique uses a correlational test to determine whether there is a relationship between attitudes and learning activeness. The results of this study showed a positive relationship between student attitudes and activeness in science subjects as indicated by the results of the Pearson correlation analysis of Demak H. SitanggangYulistiana Yulistianap>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar ekosistem melalui penggunaan laboratorium alam klas 7 di SMP negeri 86 Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan penelitian Tindakan kelas PTK. Penelitian ini dilaksanakan secara saintifik antara peneliti dengan guru IPA dan siswa yang menjadi subjek dari penelitian. PTK dilakukan dua siklus dengan empat kali pertemuan. Kegiatan siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu perencanaan plan, tindakan pelaksanaan action, observasi observation, dan refleksi reflective. Akhir dari pengajaran kelas PTK diberikan tes berbentuk soal dan angket. Hasil data kemudian akan dianalisis dalam bentuk analisis deskriptif, kualitatif dan kuantitatif. Dari data penelitian menunjukkan bahwa penggunaan laboratorium alam meningkatkan hasil belajar biologi siswa dengan pokok bahasan ekosistem kelas 7 SMP Negeri 86 Jakarta Selatan sebesar 80% peningkatan tersebut diperoleh setelah dua kali siklus tindakan kelas. Volume8, No. 2, Oktober 2015 Halaman 129-136 ISSN: 0216-9495 PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA INTERAKTIF MATERI TATA SURYA DI SDN BANYUAJUH KAMAL MADURA Fachrur Rozie1, dan Andika Adinanda Siswoyo2 1,2 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Trunojoyo Madura 1fachrurrozie01@ 2adn4n_dik@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan media Rachma Al-adawiyah Arman Putri Habibah AzzahraSiti Fatimah Harahap Yohana Sri Sayekti B. ManaluRizky Andriyani Dea Putri Tamara LubisPutra Irawan nasution Liza Hasanah Pohan METODE PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR âIlmu pengetahuan memiliki tiga tingkatan opini, sains, pencerahan. Instrumentingkatan pertama menggunakan indra, kedua menggunakan deaketika, dan ketiga menggunakan intuisi.â -plotinus seorang filsuf dari romawi 204-270 SM- iiPrakata Terlebih dahulu puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan YangMaha Esa karna berkat rahmat dan hidayah Nya sehingga buku ilmiah sebagai tugasakhir dari mata kuliah Pendidikan IPA Kelas Tinggi. Juga teman teman penulis yang ikutserta dalam pembuatan buku ini, buku ini di susun dengan pokok pembahasanpembelajaran IPA di Sekolah Dasar, dan beberapa metode pembelajaran IPA sangatpenting untuk kami bahas karna pada dasarnya Pembelajaran IPA di SD sangat pentingadanya untuk menambah sebuah pengalaman dan pengetahuannya. Dalam hal ini mata pelajaran IPA sebagai proses yang menekankan padapemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi dasarnya untukmenjelajahi dan memahami alam sekitarnya serta lingkungan sekitarnya buku ini kami membahas mengenai beberapa metode pembelajran yang dapatdi terapkan langsung oleh guru IPA di Sekolah Dasar yang mana pembahasan secararinci untuk metode pembelajran ini nantinya akan berguna untuk di terapkan guru dimasa belajar mengajar berlangsung. Adapun beberapa kelebihan dan kekurangan dari metode-metode tersebut kamicantumkan juga beserta karakteristik dan skenario pembelajarannya. Tentunya disetiap babnya akan ada pembahasan yang menarik dan di harapkan mampu mejadireferensi bahan ajar agar lebih mudah memahami metode pembelajaran IPA di SekolahDasar. Tentunya penulis dapat merampungkan buku ini juga karena bantuan orang ini juga tidak mungkin di lakukan secara lancar jika tidak di bantu oleh orang lain,oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata KuliahPendidikan IPA Kelas Tinggi Ibu Lala Jelita Ananda orang tua yang selalumendukung dan teman teman penulis Rachma Al-adawiyah Arman, Putri HabibahAzzahra, Siti Fatimah Harahap, Yohana Sri Sayekti B. Manalu, Rizky Andriyani, Dea PutriTamara Lubis, Putra Irawan nasution, Liza Hasanah Pohan yang telah meluangkanwaktunya untuk ikut serta dalam penulisan buku ini. Di harapkan nantinya buku iniakan menjadi bernilai manfaat bagi siapa saja yang membacanya dan menjadi referensiuntuk pembelajara IPA di SD. Penulis juga berharap buku ini juga dapat menginspirasigenerasi bangsa,guru-guru muda yang nantinya akan menjadi pencetak generasipenerus yang tanggap, tangguh dan menjadi generasi kebanggaan bangsa dan negara. Medan, November 2020 Tim Penulis iiiDAFTAR ISIPrakata............................................................................................................................................... iiiDAFTAR ISI ....................................................................................................................................... ivBAB I METODE CERAMAH............................................................................................................ 1 A. Pengertian ............................................................................................................................. 1 B. Karakteristik ........................................................................................................................ 2 C. Skenorio Model Pembelajaran ....................................................................................... 3 D. Kekurangan........................................................................................................................... 7 E. Keunggulan............................................................................................................................ 8BAB II â DISKUSI PRESENTASE ................................................................................................... 9BAB III â EXPERIMEN ...................................................................................................................15BAB IV â KARYAWISATA .............................................................................................................21BAB V â METODE DEMONSTRASI.............................................................................................28DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................35 ivBAB I METODE CERAMAHA. Pengertian Setiap metode mengajar ada kekurangan dan kelebihan, tetapi yang terpenting sebagai seorang guru adalah metode mengajar manapun yang akan digunakan harus jelas dahulu tujuan yang akan dicapai bahan yang akan diajarkan, serta jenis kegiatan belajar siswa yang diinginkan. Metode ceramah adalah suatu bentuk penyajian bahan pengajaran melalui penerangan dan penuturan lisan oleh guru kepada siswa tentang suatu topik materi. Dalam ceramahnya guru dapat menggunakan alat bantu/alat peraga seperti gambar, peta, benda, barang tiruan dan lain-lain. Peran siswa dalam metode ceramah adalah mendengarkan dengan seksama dan mencatat pokok- pokok penting yang dikemukakan oleh guru. Menurut Abuddin Nata, âbahwa metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan oleh guru dengan penuturan atau penjelasan secara langsung dihadapan peserta didik.â Sedangkan menurut Sholeh Hamid dalam bukunnya Edutaiment mengatakan bahwa âmetode ceramah adalah metode yang memang sudah ada sejak adannya pendidikan.â Metode ceramah ini termasuk metode yang paling banyak digunakan digunakan karena biaya murah dan mudah dilakukan, memungkinkan banyak materi yang disampaikan, adannya kesempatan bagi guru untuk menekankan bagian yang penting, dan pengaturan kelas dapat dilakukan secara dengan metode ceramah berarti memberikan suatu informasi melalui pendengaran siswa, siswa dapat memahami apa yang disampaikan oleh guru dengan cara mendengarkan apa yang telah guru ucapkan. Dalam proses pembelajaran disekolah, tujuan metode ceramah adalah menyampaikan bahan yang bersifat informasi konsep, pengertian, prinsip- prinsip yang banyak serta luas. Menurut Abdul Majid secara spesifik metode ceramah bertujuan untuk 1⢠Menciptakan landasan pemikiran peserta didik melalui produk ceramah yaitu bahan tulisan peserta didik sehingga peserta didik dapat belajar melalui bahan tertulis hasil ceramah. ⢠Menyajikan garis-garis besar isi pelajaran dan permasalahan yang terdapat dalam isi pelajaran ⢠Merangsang peserta didik untuk belajar mendiri dan menumbuhkan rasa ingin tahu melalui pemerkayaan belajar ⢠Memperkenalkan hal-hal baru dan memberikan penjelasan secara gamblang. ⢠Sebagai langkah awal untuk metode yang lain dalam upaya menjelaskan prosedur - prosedur yang harus ditempuh peserta didik. Alasan guru menggunakan metode ceramah harus benar - benar dapat dipertanggung Karakteristik Karakteristik metode ceramah yaitu 1. Digunakan apabila proses pembelajaran lebih bersifat pemberian informasi berupa fakta atau konsep-konsep sederhana. 2. Proses pembelajaran secara klasikal dengan jumlah siswa yang relatif banyak. 3. Bersifat monoton, guru lebih banyak berbicara. 4. Memerlukan adanya dukungan yang efektif dari guru seperti suasana emosional yang dapat membangkitkan motivasi dan perhatian dari siswa selama mendengarkan ceramah. Beberapa kemampuan yang harus dimiliki guru untuk mengoptimalkan keberhasilan dalam menggunakan metode ceramah 1. Menguasai teknik-teknik ceramah yang dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa. 2. Mampu memberikan ilustrasi sesuai dengan bahan pelajaran. 23. Menguasai bahan pelajaran. 4. Menjelaskan pelajaran secara sistematis. 5. Menguasai aktifitas seluruh siswa dalam kelas. Yang perlu diperhatikan berkaitan dengan kondisi siswa ketika guru menggunakan metode ceramah 1. Mampu mendengarkan dan mencatat bahan pelajaran yang dijelaskan guru. 2. Memiliki kemampuan awal berhubungan dengan materi yang akan dipelajari. 3. Memiliki suasana emosional yang mendukung untuk memperhatikan pelajaran. 4. Memiliki motivasi untuk mengikuti Skenorio Model Pembelajaran 1. Tahap Persiapan a. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai. b. Menentukan pokok-pokok materi yang akan diceramahkan. c. Mempersiapkan alat bantu. 2. Tahap Pelaksanaan a. Langkah Pembukaan Langkah pembukaan dalam metode ceramah merupakan langkah yang menentukan. Keberhasilan pelaksanaan ceramah sangat ditentukan oleh langkah ini. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam langkah pembukaan, yaitu ⢠Yakinkan bahwa siswa memahami tujuan yang akan dicapai, 3⢠Lakukan langkah apersepsi, yaitu langkah menghubungkan materi pelajaran yang lalu dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. b. Langkah Penyajian Tahap penyajian adalah tahap penyampaian materi pembelajaran dengan cara bertutur. Agar ceramah berkualitas sebagai metode pembelajaran, maka guru harus menjaga perhatian siswa agar tetap terarah pada materi pembelajaran yang sedang disampaikan. Untuk menjaga perhatian ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain ⢠Menjaga kontak mata secara terus menerus dengan siswa, ⢠Gunakan bahasa komunikatif dan mudah dicerna siswa, ⢠Sajikan materi pembelajaran secara sistematis, tidak meloncat-loncat, agar mudah ditangkap oleh siswa, ⢠Tanggapilah respon siswa dengan segera, ⢠Jagalah agar kelas tetap kondusif dan menggairahkan untuk Langkah Mengakhiri atau Menutup Ceramah Ceramah harus ditutup agar materi pelajaran yang sudah dipahami dan dikuasai siswa tidak terbang kembali. Ciptakanlah kegiatan yang memungkinkan siswa tetap mengingat materi pembelajaran. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk keperluan tersebut adalah a. Membimbing siswa untuk menarik kesimpulan atau merangkum materi pelajaran yang baru saja disampaikan, b. Merangsang siswa untuk dapat menanggapi atau memberi semacam ulasan tentang materi pembelajaran yang telah disampaikan, c. Melakukan evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran yang baru saja disampaikan. d. Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum. Walaupun ketika 4siswa diberi kesempatan untuk bertanya, dan tidak ada seorang pun yang bertanya, semua itu tidak menjamin siswa seluruhnya sudah Contoh Skenario PembelajaranMateri Sistem Peredaran Darah pada ManusiaKelas V Semester IAlokasi Waktu 2 Jam Pelajaran 2x35 menit Metode Ceramah Langkah - Langkah PembelajaranKegiatan Pendahuluan 1. Guru memasuki ruangan kelas dam Guru mengucapkan salam2. Siswa-siswi berdiri dan menjawab salam3. Guru mempersilahkan siswa-siswinya untuk duduk kembali dan guru menunjuk seorang siswa untuk memimpin Siswa-siswi mulai berdoa5. Setelah selesai berdoa, guru menanyakan kabar siswa-siswinya â âBagaimana kabar kalian hari ini ? ââ6. Siswa â âBaik bu guruuuuu!ââ7. Guru â âAnak-anak, senang sekali ya hari ini kita dapat berjumpa kembali di Mata Pelajaran IPA ini .ââKegiatan Inti 1. Guru memperlihatkan gambar jantung. Guru â âAnak-anak kalian tahu tidak ini gambar apa ?ââ Siswa â âGambar jantung.... Gambar hatiiii,,,,gambar paru-paru...â, jawab siswa-siswi saling bersautan.â 5Guru â âBaiklah, coba dengarkan ibu coba, ibu mau salah satu menjawab!ââ, kata bu guru menghentikan kegaduhan. Siswa â âGambar jantung bu !ââ, teriak salah satu siswa. Guru â âIya, benar... ini gambar jantung. Lalu siapa yang tahu fungsi dari jantung dalam tubuh kita ?ââ Siswa â âFungsinya apa ya?â â Siswa saling bertanya satu sama lainâ Guru â âBaiklah kalau begitu, mari kita pelajari fungsi dari jantung dan organ tubuh yang lain yang termasuk alat peredaran darah manusia.âââ2. Guru menyampaikan materi secara singkat tentang darah, fungsi darah, dan pembagian darah. Guru â âBagaimana anak-anak sudah paham ? agar lebih paham Ibu akan memperlihatkan video tentang darah, tolong di perhatikan dan identifikasi fungsi sel-sel darah ya ?â Siswa â âIya bu guruâ3. Guru memperlihatkan media video pembelajaran mengenai fungsi sel- sel darah. Siswa memperhatikan video dan mengidentifikasi fungsi sel-sel darah 4. Guru menyuruh siswa mengerjakan sola-soal yang ada dibuku paket IPA Kelas V tentang Sistem Peredaran Darah pada Manusia5. Guru dan siswa membahas bersama-sama6. Guru menyimpulkan materi hari ini. Guru â âJadi, kesimpulannya alat peredaran darah pada manusia adalah jantung, pembuluh darah, dan paru-paru. Fungsi jantung yakni memompa darah ke seluruh tubuh, fungsi pembuluh darah yakni tempat mengalirnya darah dari seluruh tubuh menuju jantung/ sebaliknya, dan fungsi dari paru-paru yakni tempat dimana darah melepaskan CO2 dan mengikat O2 . Ada yang belum paham ?â 67. Siswa memperhatikan penjelasan guru dan bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami Siswa â âBu, bagaimana cara merawat alat peredaran darah?â Guru âpertanyaan yang bagus nak, Cara merawat alat peredaran darah bisa dengan olahraga teratur, makan makanan yang bergizi, tidak merokok, dan tidak minum minuman berakohol. Baagaimana? Sudah jelas ?â Siswa â âIya bu, jelas!â jawab siswa antusias Kegiatan penutup 1. Guru menutup pertemuan hari ini Guru â âAnak-anak jangan berhenti untuk belajar dan rajin membaca buku ya, agar kalian lebih bisa menguasai materi yang Ibu sampaikan. Pembelajaran hari ini cukup sampai di sini ya, untuk menutup kegiatan pembelajaran hari ini, mari kita berdoa didalam hati.â 2. Salam penutupD. Kekurangan ⢠Guru lebih aktif sedangkan murid pasif karena perhatian hanya terpusat pada guru. ⢠Siswa seakan diharuskan mengikuti segala apa yang disampaikan oleh guru, meskipun murid ada yang bersifat kritis karena guru dianggap selalu benar, Siswa akan lebih bosan dan merasa mengantuk, karena dalam metode ini, hanya guru yang aktif dalam proses belajar mengajar, sedangkan para peserta didik hanya duduk diam mendengarkan penjelasan yang telah diberikan oleh guru. ⢠Menurut Abuddin Nata dalam bukunnya Prespektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, menyatakan bahwa Kekurangan metode ceramah antara lain cenderung membuat peserta didik kurang kreatif, materi yang disampaikan hanya mengandalkan ingatan guru, kemungkinan adannya 7materi pelajaran yang tidak dapat diterima sepenuhnya oleh peserta didik, kesulitan dalam mengetahui tentang seberapa banyak materi yang dapat diterima oleh anak didik, cenderung verbalisme dan kurang Keunggulan Metode ceramah ini digunakan karena pertimbangan 1. Anak benar-benar memerlukan penjelasan, misalnya karena baru atau guna menghindari kesalah pahaman. 2. Benar-benar tidak ada sumber bahan pelajaran bagi para peserta didik. 3. Menghadapi peserta didik yang banyak jumlahnya dan bila menggunakan metode lain sukar untuk diterapkan. Adapun Kelebihan-kelebihan dari metode ceramah ⢠Praktis dari sisi persiapan ⢠Efisien dari sisi waktu dan biaya. ⢠Dapat menyampaikan materi yang banyak ⢠Mendorong guru untuk menguasai materi ⢠Lebih mudah mengontrol kelas ⢠Peserta didik tidak perlu persiapan ⢠Peserta didik langsung menerima ilmu pengetahuan. Dalam hal ini Roestiyah NK menjelaskan teknik berceramah mempunyai keunggulan pula seperti yang kita lihat bahwa guru akan lebih mudah mengawasi ketertiban siswa dalam mendengarkan pelajaran, disebabkan mereka melakukan kegiatan yang sama. Bagi guru juga ringan, karena perhatiannya tidak terbagi-bagi atau terpecah-pecah. Teknik pengajaran melalui model ceramah dari dahulu sampai sekarang masih berjalan dan paling banyak digunakan. 8BAB II â DISKUSI PRESENTASEA. DEFINISI Presentasi adalah suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak hadirin. Berbeda dengan pidato yang lebih sering dibawakan dalam acara resmi dan acara politik, presentasi lebih sering dibawakan dalam acara bisnis. Tujuan dari presentasi bermacam-macam, misalnya untuk membujuk biasanya dibawakan oleh wiraniaga, untuk memberi informasi biasanya oleh seorang pakar, atau untuk meyakinkan biasanya dibawakan oleh seseorang yang ingin membantah pendapat tertentu. Agar bisa pandai berpresentasi, orang sering kali belajar pada para pakar presentasi. Juga, ada banyak pembicara terkenal yang sering kali diamati oleh orang-orang yang ingin pandai berbicara di hadapan umum. Para pembicara terkenal di Indonesia antara lain KH Abdullah Gymnastiar, Tung Desem Waringin, Andrie Wongso, dan masih banyak lagi. Keahlian berbicara di hadapan hadirin merupakan hal yang sangat penting bagi siapa pun yang ingin maju. Banyak presiden, manajer, wiraniaga, dan pengajar yang menjadi sukses dan terkenal lewat keahlian STRATEGI PRESENTASI Strategi presentasi diri merupakan upaya dalam pembentukan kesan yang disengaja dan dilakukan secara sadar yang dibentuk oleh individu lain agar tercapai suatu tujuan yang sudah yang ideal adalah presentasi yang mampu menyampaikan maksud secara ringkas dan sederhana serta mampu menarik perhatian audiens dari awal sampai akhir. Visualisasi presentasi itu sangat penting dan perlu Anda perhatikan sebaik mungkin. Selain dari bahan presentasi yang berkualitas, Anda juga harus percaya diri dengan apa yang Anda bawa saat ini. Seperti percaya diri bahwa Anda adalah orang yang tepat untuk prospek maupun percaya diri bahwa produk Anda adalah solusi untuk prospek. Setiap presentasi bisa saja menghadapi suatu kendala. Seperti, data yang kurang akurat atau slide yang salah tempat. Ketika Anda mengalami kondisi seperti ini, tetap tenang dan jangan panik. Persiapkan diri Anda untuk menghadapi kondisi tersebut dengan baik sebelum berangkat. Khusus kesalahan 9slide, ada baiknya Anda harus benar-benar memperhatikan slide sehari sebelum presentasi. Karena, kesalahan slide seperti ini dapat menjadi kesalahan paling fatal dalam presentasi JENIS-JENIS PRESENTASI 1. Presentasi Dadakan Impromptu Pembicaraan impromptu merupakan jenis presentasi yang dilakukan secara mendadak tanpa persiapan apapun. Dalam hal ini pembicara ditunjuk langsung untuk menyampaikan informasi kepada para pendengar, tanpa melakukan persiapan segala sesuatunya, baik itu mengenai tema pembicaraan maupun alat bantu yang digunakan, sehingga perasaan pembicara akan mengejutkan. Ada beberapa kelebihan dan kelemahan apabila menggunakan jenis presentasi dadakan atau impromptu. ⢠Kelebihan 1. Informasi yang disampaikan sesuai dengan perasaan pembicara yang sesungguhnya, 2. Kata atau suara yang keluar merupakan hasil spontanitas, 3. Membuat pembicara terus berpikir selama menyampaikan informasi. ⢠Kelemahan 1. Informasi yang disampaikan tersendat-sendat, karena membutuhkan waktu untuk berpikir dan mengolah kata, 2. Tidak berurutan/sistematis dalam penyampaiannya, karena secara mendadak untuk menyampaikan informasi, 3. Terjadi demam panggung, karena belum ada persiapan apapun mengenai apa yang harus disampaikan. 2. Presentasi Naskah Manuscript Presentasi naskah merupakan jenis presentasi dimana dalam menyampaikan informasinya, seorang pembicara melakukannya dengan membaca naskah. Tidak sedikit orang dalam menyampaikan informasi menggunakan naskah berupa teks. Setiap kata-kata yang keluar merupakan hasil dari sebuah naskah, pembicara melupakan tugasnya yang utama yaitu 10melakukan kontak mata dengan pendengar. Jadi dapat dikatakan pembicara bukan menyampaikan pidato, tetapi membacakan naskah pidato. ⢠Kelebihan 1. Penyampaian dilakukan secara berurut/sistematis, 2. Kata yang keluar diungkapkan secara baik dan benar, 3. Tidak terjadi kesalahan dalam penyampaiannya. ⢠Kelemahan 1. Pendengar akan merasa bosan dalam mendengarkannya, 2. Bagi pendengar tidak termotivasi untuk mendengarkannya, 3. Tidak menarik dalam menyampaikan informasinya, 4. Terlalu sibuk akan membaca naskah sehingga tidak melakukan kontak mata dengan pendengar seolah-olah acuh tak acuh terhadap Presentasi Hafalan Memoriter Jenis presentasi yang dilakukan menghapal dari teks yang telah disediakan. Berbeda dengan jenis manuscript, memoriter tidak menggunakan naskah dalam penyampaiannya, pembicara hanya melakukan persiapannya dengan menghafal dari teks dimana isinya mengenai informasi yang akan disampaikan. Kelebihan dan kelemahannya hampir sama dengan manuscript. Jenis ini sangat buruk untuk dilakukan, karena apabila melupakan kata-kata dari naskah maka presentasi yang dilakukan akan terjadi Presentasi Ekstempore Jenis Ekstempore merupakan jenis presentasi yang paling baik untuk dilakukan dibanding jenis lainnya. Pembicara mempersiapkan materi dengan garis besarnya saja, kemudian pada saat presentasi akan dijabarkan secara mendetail. ⢠Kelebihan 1. Pembicara dapat menyampaikan informasi secara jelas, karena ada persiapan sebelumnya, 2. Dapat menyampaikan secara sistematis/berurutan, 113. Kemungkinan besar pembicara dalam menyampaikannya menarik perhatian pendengar, karena tidak berpedoman kepada naskah ataupun hafalan, tetapi tidak melenceng dari garis besar materi, 4. Lebih leluasa dalam penyampaiannya, 5. Pembicara dapat melakukan kontak mata dengan pendengar, sehingga akan terlihat apakah pesan yang disampaikan menarik atau tidak. ⢠Kelemahan 1. Perlu memiliki wawasan yang cukup mengenai tema yang akan dibicarakan, 2. Membutuhkan waktu yang lama dalam persiapan presentasi, 3. Bagi pemula, sulit untuk dilakukannya karena membutuhkan keahlian dan pengalaman yang TUJUAN PRESENTASI ⢠Menyampaikan informasi Banyak pada perusahaan-perusahaan melakukan presentasi hanya bertujuan menyampaikan berupa informasi saja. Informasi/pesan yang disampaikan bisa bersifat biasa, penting atau bahkan rahasia. Perusahaan mengundang seseorang yang dianggap pantas untuk menyampaikan informasi sesuai tema yang telah ditentukan. Dalam hal ini pembicara memiliki keahlian sesuai dengan bidang dan pengalamannya. ⢠Meyakinkan pendengar Presentasi yang dilakukan berisikan informasi-informasi, data-data dan bukti-bukti yang disusun secara logis sehingga informasi yang disampaikan dapat membuat seseorang atau kelompok orang merasa yakin. Semula yang asalnya memiliki unsur ketidakjelasan dan ketidakpastian sehingga ketika diadakan presentasi oleh pembicara, seseorang/kelompok orang tersebut menjadi yakin atas informasi yang diberikan. ⢠Menghibur pendengar Pada era globalisasi ini banyak acara-acara hiburan pada penayangan televisi. Acara hiburan tersebut dipimpin oleh presenter yang handal, tujuannya untuk menghibur para penonton. Prensenter dituntut untuk melakukan pembicaraan yang sifatnya menghibur tetapi relevan dan 12profesional sehingga para penonton televisi dapat menikmati acara tersebut. Selain acara televisi, acara hiburan yang lainnya dapat kita temukan pada pesta perayaan-perayaan. Contoh pesta perayaan pernikahan, ulang tahun dan lain-lain. Presenter ditugaskan untuk berbicara dan menyelipkan kata-kata yang dapat menghibur para tamu yang hadir pada pesta perayaan tersebut.⢠Memotivasi dan menginspirasi pendengar untuk melakukan suatu tindakan Demi tercapainya suatu tujuan perusahaan, seorang pimpinan dituntut untuk mengarahkan dan membimbing para karyawannya agar dapat bekerja secara maksimal dan tidak lupa untuk memperhatikan kualitasnya. Selain diberi arahan dan bimbingan, pimpinan perusahaan juga dapat melakukan motivasi agar para karyawannya dapat bekerja dengan semangat yang tinggi. Kegiatan memotivasi tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan suatu forum.⢠Melakukan penjualan Tujuan presentasi yang keempat yaitu melakukan penjualan. Hal ini bersangkutan dengan perusahaan yang ingin mempromosikan suatu produk tertentu. Perusahaan menugaskan kepada salah seorang atau kelompok karyawan untuk mempromosikan produknya kepada calon pembeli. Karyawan tersebut dibekali pengetahuan mengenai produk dan dibantu dengan alat bantu peraga untuk memudahkan penyampaian pesan.⢠Membuat suatu ide atau gagasan Presentasi yang dilakukan hanya bertujuan untuk memunculkan suatu ide/gagasan dari para peserta pendengar. Tipe tujuan ini biasanya diterapkan pada suatu perusahan/organisasi yang mengalami suatu masalah yang sulit untuk dipecahkan sehingga membutuhkan pendapat/argumen orang lain untuk memecahkannya. Forum yang dilakukan sering dikenal dengan istilah rapat. Perusahaan mengundang peserta rapat yang dianggap penting baginya serta dapat memunculkan suatu ide/gagasan sehingga secara tidak langsung dapat membantu suatu tujuan perusahaan.⢠Menyentuh emosi pendengar 13Tujuan yang keenam yaitu untuk menyentuh emosi pendengar. Dalam hal ini pembicara bertugas untuk melakukan pembicaraannya yang dapat menyentuh perasaaan/emosi seseorang. Sebagai contoh pembicara melakukan presentasi kepada para pendengar mengenai korban bencana yang terjadi akhir-akhir ini. Presentasi yang dilakukan pembicara membuat pendengar merasa tersentuh untuk membantu para korban bencana dengan cara menyumbangkan sebagian MANFAAT PRESENTASI ⢠Sebagai bahan paparan suatu pokok bahasan inti. ⢠Media pembantu untuk penjabaran dari materi pelajaran sekolah atau suatu projek kerja. ⢠Kesan lebih ekslusif karena melibatkan alat presentasi Professional. ⢠Audience biasanya akan lebih jelas jika disertai dengan media gambar dari presentasi itu sendiri. ⢠Memupuk mental yang ada dalam diri si pembawa materi presentasi. 14BAB III â EXPERIMENA. Pengertian Metode Eksperimen Eksperimen adalah percobaan yang bersistem dan metodis untuk membuktikkan kebenaran suatu teori dan sebagainya. Podo et. al dalam KBBI; 2012210. Pengertaian Metode Eksperimen adalah suatu percobaan yang dilakukan untuk membuktikkan suatu hipotesisis. Seperti yang diungkapkan oleh Sagala 20067-17 untuk membuktikkan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu. Eksperimen bisa dilakukan pada suatu labotatorium atau diluar laboratorium, pekerjaan eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan kedalam metode pembelajaran. Metode Eksperimen adalah Suatu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal ,mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Metode eksperimen merupakan pengembangan dari metode ilmiah yang terdapat dalam IPA. Metode ini membantu siswa dalam memahami materi sesuai dengan fakta yang sebenarnya, karena siswa dapat mengamati secara langsung fakta yang ada pada sesuatu benda atau suatu proses. Pelaksanaan metode pembelajaran ini dapat dilakukan di dalam kelas atau diluar Laboratorium atau lingkungan sekolah. Pelaksanaan metode ini hampir sama dengan pelaksanaan metode demonstrasi, namun siswa juga melaksanakan eksperimen. Selama kegiatan eksperimen ini sebaiknya diberikan pertanyaan-pertanyaan yang nantinya akan dijawab siswa melalui kegiatan eksperimen. Misalnya, apakah yang terjadi pada es jika dilelehkan di ruangan Karakteristik Metode Eksperimen Terdapat beberapa karakteristik mengajar dalam menggunakan metode ekperimen serta hubungannya dengan pengalaman belajar siswa, seperti yang dikemukakan oleh Winataputra Triadi, 2011, yaitu 1. Ada alat bantu yang digunakan 152. Siswa aktif melakukan percobaan 3. Guru membimbing 4. Tempat dikondisikan 5. Ada pedoman untuk siswa 6. Ada topik yang dieksperimenkan 7. Ada temuan-temuan. Pengalaman belajar siswa dari penggunaan metode eksperimen 1. Mengamati sesuatu 2. Menguji hipotesis 3. Menemukan hasip percobaan 4. Membuat kesimpulan 5. Membangkitkan rasa ingin tahu siswa, 6. Menerapkan konsep informasi dari ekperimen Dari karakterisitik tentang metode eksperimen dapat ditarik kesimpulanbahwa metode eksperimen dapat dikembangkan dan diterapkan dalampembelajaran IPA dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa, sikap ilmiah dapatmuncul dalam pembelajaran melalui pengalaman melakukan eksperimen. Pembelajaran melalui eksperimen siswa menjadi lebih aktif, guru berusahamembimbing, melatih dan membiasakan siswa untuk terampil menggunakanalat, terampil merangkai percobaan dan mengambil kesimpulan yang merupakantujuan pembelajaran IPA dalam melakukan metode ilmiah dan sikap percobaan eksperimen melatih siswa untuk merekam semuadata fakta yang diperoleh melalui hasil pengamatan dan bukan data opini hasilrekayasa pemikiran. Eksperimen membelajarkan siswa terlibat secara aktif sebagai upayameningkatkan sikap ilmiah siswa. Dalam penemuan fakta dan data metodeobservasi dari sebuah eksperimen mempunyai peranan yang sangat pentingbagi peningkatan sikap ilmiah yang karakteristiknya,metode eksperimen paling cocok diterapkan bagi siswa SD pada pembelajaranIPA dalam meningkatkan sikap ilmiah. 16C. Skenario Model Pembelajaran Judul Percobaan Perubahan Wujud Benda Tujuan Percobaan Menunjukkan perubahan wujud benda membeku dan mencair, menguap dan mengembun, serta menyublim. Alat dan bahan Percobaan 1 Membeku dan Mencair Alat Korek Api Bahan Lilin Percobaan 2 Menguap dan Mengembun Alat Gelas, tutup gelass, termos air, Bahan air panas Percobaan 3 Menyublim Alat Kain warna hitam, Kipas Angin Bahan Kapur Barus Kegiatan Pembuka 5 menit ⢠Guru memberikan salam ⢠Kelas dilanjutkan dengan doâa dipimpin oleh salah seorang siswa. ⢠Melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa. ⢠Guru menyiapkan fisik dan psikhis anak dalam mengawali kegiatan pembelajaran serta menyapa anak. ⢠Guru mengulang kembali pembelajaran sebelumnya ⢠Guru mengadakan tanya jawab mengenai materi sebelumnya ⢠Guru Menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini. Kegiatan Inti 55 Menit ⢠Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok ⢠Guru menjelaskan judul percobaan dan tujuan pecobaan ⢠Guru menjelaskan bahan dan alat percobaan 17⢠Guru menjelaskan langkah-langkah dari percobaan⢠Setelah guru menjelaskan langkah-langkah percobaan siswa, siswa menyiapkan alat dan bahan untuk percobaan yang pertama⢠Siswa menyiapkan sebuah lilin dan korek api.⢠Siswa menyalakan lilin dengan korek api⢠Kemudian siswa menunggu beberapa menit⢠Setelah terjadi perubahan pada bentuk lilin, siswa menuliskan perubahan bentuk yang dialami lilin dan menuliskan faktor penyebab dari perubahan bentuk lilin⢠Setelah selesai melakukan percobaan yang pertama siswa melanjutkan percobaan yang kedua⢠Siswa menyiapkan alat dan bahan untuk percobaan kedua⢠Siwa menuangkan air panas panas kedalam gelas⢠Kemudia siswa mengamati apa yang terjadi pada permukaan gelas setelah dituangkan air panas⢠Siswa menuliskan perubahan⢠Selanjutnya siswa menutup gelas dengan tutup gelas tunggu hingga beberapa menit⢠Setelah itu siswa mengamati apa yang terjadi pada tutup gelas tersebut⢠Siswa menuliskan perubahan yang terjadi⢠Kemudian siswa melanjutkan percobaan ketiga⢠Siswa menyiapkan alat dan bahan⢠Lalu siswa menyiapkan sebuah kapur barus.⢠Setelah itu siswa menghacurkan kapur barus tersebut menjadi serbuk- serbuk kecil.⢠Setelah itu siswa mengambil satu serbuk kecil tersebut, lalu letakkan di atas alas warna hitam yang bersih.⢠Siswa mengamati apa yang terjadi pada serbuk kapur barus tersebut jika dibiarkan lama terkena udara⢠Siwa menuliskan penyebab kapur kabur mengilang⢠Setelah melakukan eksperimen kemudian, siswa secara bersama-sama menyusun laporan eksperimen dengan rapi 18⢠Siswa secara bergantian melakukan persentasi mengenai hasil eksperimen yang telah dilakukan ⢠Siswa melakukan tanya jawab dengan dibimbing guru ⢠Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan mengenai hasil pengamatan yang mereka lakukan ⢠Guru menilai diskusi siswaKegiatan Penutup 5 Menit ⢠Guru dan siswa membuat kesimpulan secara bersama ⢠Guru memberikan penguantan ⢠Berdoa dipimpin oleh murid ⢠Salam Skenario Pembelajaran pada pembelajaran IPA ini mengambil contohpada materi Perubahan wujud benda. Melalui metode eksperimen ini siswamampu mengamati proses perubaan wujud benda. Misalanya perubahan wujudbenda cair menjadi gas, saat siswa hanya dijelaskan akan membuat siswabingung dan kemungkinan dapat terjadi miskonsepsi, namun saat dipraktekkansecara langsung siswa akan mengetahui perubahan wujud benda tersebut. Metode eksperimen ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuanberpikir, sikap ilmiah serta keterampilan proses IPA siswa. Kemampuan berpikirakan dapat ditingkatkan melalui pertanyaan - pertanyaan yang disampaikan olehguru sebelum melakukan kegiatan eksperimen. Pertanyaan â pertanyaan iniakan memicu siswa untuk berpikir dan mencari tahu. Sehingga sebelum menggunakan metode ini, seorang guru sebaiknyamenyiapkan pertanyaan yang dapat mengembangkan kemampuan ilmiah dan keterampilan proses IPA dapat dikembangkan dengancara siswa melakukan ekpserimen pastinya keterampilan proses khususnyadasar pasti sudah dilakasanakan oleh siswa. 19D. Kelemahan Metode Eksperimen Adapun Kekurangan dari penggunaan Metode Eksperimen yaitu 1. Ketelitian, keuletam, dan ketabahan sangat dibutuhkna oleh guru dan siswa, ketika menerapkan metode pembelajaran dengan teknik eksperimen. 2. Dalam pelaksanaan Metode Eksperimen, dibutuuhkan bahan dan alat yang tidak mudah didapatkan di Kelebihan Metode Eksperimen Adapun Kelebihan Metode Eksperimen ini yaitu 1. Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya. 2. Dalam membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan manfaat bagi kehidupan manusia. 3. Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia. 4. Mampu mengembangkan kemampuasn berfikir siswa dalam berfikir secara ilmiah. 20BAB IV â KARYAWISATAA. Pengertian Metode Karyawisata Metode Study Tour karya wisata adalah metode mengajar dengan mengajak siswa mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan selanjutnya peserta didik membuat laporan dan mendiskusikan serta membukukan hasil kunjungan tersebut dengan didampingi oleh pendidik. Sudjana 200887 menyebutkan bahwa âMetode Karya Wisata adalah kunjung- an ke luar kelas dalam rangka belajarâ. Checep 2008 Metode karyawisata atau widyawisata adalah cara penyajian dengan membawa siswa mempelajari materi pelajaran di luar kelas. Karyawisata memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, dapat merangsang kreativitas siswa, informasi dapat lebih luasdan aktual, siswa dapat mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi karyawisata memerlukan waktu yang panjang dan biaya, memerlukan perencanaan dan persiapan yang tidak sebentar. Djamarah 2002. teknik karya wisata, yang merupakan cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari ataumenyelidiki sesuatu seperti meninjau pegadaian. Karyawisata atau studi wisata sebagai metode pembelajaran adalah siswa di bawah bimbingan guru mengunjungi tempat-tempat tertentu dengan maksud untuk mempelajari objek belajar yang ada di tempat itu, serta cara untuk mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu diluar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu. Maka metode karyawisata field trip secara garis besarnya adalah merupakan sebuah metode yang digunakan oleh para tenaga pendidik dengan membawa para peserta didik ke lapangan pabrik, sawah, museum dll untuk melihat secara langsung proses ataupun hal-hal yang sedang dipelajari. Dengan metode karyawisata, kegiatan ini dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung. Melalui karyawisata sebagai metode pembelajaran peserta didik di bawah bimbingan guru mengunjungi tempat-tempat tertentu dengan maksud belajar Sagala, 2007. Sehingga menurut Vera, 2012 kegiatan belajar mengajar di luar kelas memiliki di sisi penggunaan pembelajaran, yaitu menggunakan media pembelajaran yang konkret dan memahami lingkungan yang ada di sekitar anak. 21B. Karakteristik Metode Karyawisata Terdapat beberapa karakteristik dalam menggunakan metode karyawisata yaitu dapat dijelaskan sebagai berikut 1. Memberi pengalaman-pengalaman langsung. Anak belajar dengan menggunakan segala macam alat indera. Satu karyawisata lebih berharga dari pada seratus gambar. 2. Membangkitkan minat baru atau memperkuat minat yang telah ada. 3. Memberi motivasi kepada murid untuk menyelidiki sebab musabab sesuatu. 4. Menanamkan kesadaran akan masalah-masalah yang terdapat di dalam masyarakat. 5. Memberi pengertian yang lebih luas tentang kehidupan dalam Tujuan Metode Karyawisata Setiap karyawisata harus direncanakan dengan cermat. Tanpa persiapan usaha itu pasti gagal. Karyawisata biasanya dilakukan dengan tujuan-tujuan sebagai berikut 1. Memberi kesempatan kepada anak-anak untuk mengamatiatau mengobservasi, memperoleh informasi, dan mengkaji dunia secara langsung. Seperti binatang, tanaman, dan benda-benda disekitar anak. 2. Dengan berkaryawisata anak taman kanak-kanak memperoleh kesempatan untuk menumbuhkan minat tentang suatu hal, meningkatkan perbendaharaan kata, menambah pengetahuan dan memperluas wawasannya. 3. Untuk memberikan pengalaman belajar yang tidak diperolehnya didalam kelas. 4. Pembelajaran dengan metode karyawisata dapat mempengaruhi seluruh aspek-aspek perkembangan anak yaitu, aspek kognitif, aspek bahasa, fisik motorik, sosial emosional, dan moral agama. 5. Untuk menanamkan nilai moral pada siswa serta untuk melengkapi pengetahuan yang diperoleh di sekolah atau kelas. 6. Untuk melihat, mengamati, menghayati secara langsung dan nyata mengenai obyek tersebut, untuk mengumpulkan bahan mengenai suatu masalah. 7. Untuk membangkitkan minat pada suatu unit yang akan dilakukan dan sebagai kegiatan kulminasi suatu unit. 22D. Sintaks / Langkah Pembelajaran Metode Karyawisata Adapun berikut ini langkah-langkah umum dalam pembelajaran metode karya wisata yaitu sebagai berikut 1. Persiapan Dalam merencanakan tujuan karyawisata, guru perlu menetapkan tujuan pembelajarandengan jelas, mempertimbangkan pemilihan teknik, menghubungi pemimpin obyek yangakan dikunjungi untuk merundingkan segala sesuatunya, penyusunan rencana yangmasak, membagi tugas-tugas, mempersiapkan sarana, pembagian siswa dalam kelompok,serta mengirim utusan. 2. Perencanaan Hasil kunjungan pendahuluan survei dibicarakan bersama dalam rangka menyusun perencanaan yang meliputi tujuan karyawisata, pembagian objek sesuai dengan tujuan, jenis objek sesuai dengan tujuan, jenis objek serta jumlah siswa yaitu sebagai berikut â Dibentuk panitia secara lengkap, termasuk ketua tiap kelompok/ seksi. â Menentukan metode mengumpulkan data, mungkin berwujud wawancara, pengamatan langsung, dokumentasi. â Penyusunan acara selama karyawisata berlangsung. Kepada para siswa harus ditanamkan disiplin dalam mentaati jadwal yang telahdirencanakan sehingga pelaksanaan berjalan lancar sesuai dengan rencana. â Mengurus perizinan. â Menentukan biaya, penginapan, konsumsi serta peralatan yang diperlukan. 3. Pelaksanaan Siswa melaksanakan tugas sesuai dengan pembagian yang telah ditetapkan dalam rencanakunjungan, sedangkan guru mengawasi, membimbing, bila perlu menegur sekiranya ada siswayang kurang mentaati tata tertib sesuai acara. Pemimpin rombongan mengatur segalanya dibantu petugas-petugas lainnya, memenuhi tata tertib yang telah ditentukan bersama, mengawasi petugas-petugas pada setiap seksi, demikian pula tugas-tugas kelompok sesuai dengan tanggung jawabnya, serta memberi petunjuk bila perlu. 234. Pembuatan laporan Akhir Karya Wisata Pada waktu itu siswa mengadakan diskusi mengenai segala hal hasilkarya wisata, menyusun laporan atau paper yang memuat kesimpulan yang diperoleh, menindak lanjuti hasil kegiatan karya wisata seperti membuat grafik, gambar, model-model, diagram, sertaalat-alat lain dan sebagainya. Hasil yang diperoleh dan kegiatan karyawisata ditulis dalam bentuk laporan yang formatnya telah disepakati bersama. Maka adapun menurut Sudajana 2012 yang menjelaskan langkah- langkah dalam melakukan metode karyawisata sebagai berikut 1. Perencanaan karyawisata, Pada tahap perencanaan ini terdiri dari merumuskan tujuan pembelajaran, menetapkan obyek karyawisata yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, menetapkan waktu pelaksanaan karyawisata, menyusun rencana belajar dan merencanakan perlengkapan belajar. 2. Pelaksanaan karyawisata, Pelaksanaan disini adalah saat ditempat tujuan dan dibimbing oleh guru. 3. Tindak lanjut, Pada tahap ini siswa diminta untuk membuat laporan hasil kegiatan karyawisata yang telah dilakukan sebelumnya. Laporan bagi siswa sekolah dasar harus diberikan poin-poin atau aspek yang penting yang harus dituliskan, untuk memudahkan siswa mengerjakan dan menyesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang telah dilakukanKegiatan karyawisata ini biasanya disukai oleh siswa, karena siswa belajar di luar kelas. Namun saat kegiatan karyawisata ini dilakukan perlu perhatian yang lebih besar kepada siswa, karena tingkat konsentrasi siswa di dalam kelas dan di luar kelas berbeda. Saat di luar kelas siswa cenderung kurang kondusif dibandingkan di dalam kelas. 24E. Skenario Pembelajaran Metode Karyawisata Berikut adalah langkah-langkah skenario dalam pembelajaran dengan metode karyawisata pada pelajaran IPA Sekolah Dasar yaitu sebagai berikut 1. Persiapan dan Perencanaan Mempersiapkan dan merencanakan karyawisata hendaknya bersama- sama dengan anak-anak sekalipun guru sudah mempunyainya. Hal-hal yang perlu dibicarakan bersama, diantaranya â Tujuan dan sasaran yang akan dituju. â Aspek-aspek atau permasalahan yang akan diselidiki. Ada baiknya apabila dirumuskan pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan dengan Pembelajaran IPA dan aspek-aspek atau masalah yang akan dicapai. â Membaca atau mengumpulkan informasi berkenaan dengan karyawisata. â Terbentuknya kelompok-kelompok yang akan membahas atau menyelidiki aspek-aspek yang telah dirumuskan. Setiap kelompok pun hendaknya membagi-bagi tugas lagi sehingga setiap orang mempunyai tugas yang jelas. Misalnya ada yang harus mengamati, mengumpulkan, bahan-bahan, bertanya, mencatat, dan lain-lain. â Membentuk petugas khusus bila perlu, misalnya untuk menghubungi pengurus yang akan dikunjungi, ketua rombongan atau pemimpin kelompok baik untuk diskusi kelak. â Waktu karya wisata supaya ditetapkan. 2. Pelaksanaan Karya Wisata Karya wisata hendaknya dilakukan dengan tertib. Setiap orang supaya melakukan tugasnya, baik mengumpulkan bahan maupun mencatat yang kemudian akan di laporkan kepada kelompok atau kelas. Mengerjakan tugas dapat dilakukan perorangan ataupun kelompok kecil. Setiap orang hendaknya mengecek tugasnya yang telah disiapkan sebelumnya apakah telah dilakukan atas belum. 3. Tindak Lanjut Karya wisata tidak berakhir pada waktu meneliti kemudian membuat kesimpulan-kesimpulan tertulis, melainkan perlu diikuti dengan suatu tindak lanjut. Hal ini penting karena apa yang diamati seseorang atau kelompok tertentu belum tentu diamati yang lain. Sedangkan tujuan karya wisata supaya semua orang mengetahui semua aspek yang diselidiki. Karena itu dalam tindak lanjut ini perlu ada presentasi atau laporan. Kelompok yang diikuti 25dengan tanya jawab dan diskusi. Bahkan ada kalanya seseorang mendemonstrasikan hasil penelitiannya. Juga di dalam tindak lanjut ini diadakan penilaian tentang kegiatan mereka, apakah karya wisata itu berjalan lancar, tertib dan Keunggulan dan Kelemahan Metode Parawisata 1. Keunggulan Maka adapun keunggulan yang terdapat pada Metode karyawisata adalah sebagai berikut ⪠Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran. ⪠Membuat bahan yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat. ⪠Kegiatan pengembangan yang dilakukan dapat lebih merangsang minat dan kreativitas anak. Maka dapat disimpulkan bahwa keunggulan dalam metode karyawisata adalah yang dimana siswa dapat belajar langsung di lapangan sehingga pengetahuan yang diperoleh nyata, hidup, bermakna dan komprehensif; siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari masalah atau pertanyaan tentang materi yang dipelajari dengan melihat, mendengar, mencoba dan membuktikan sendiri secaralangsung; motivasidan minat belajar siswa tinggi; guru diperingan tugasnya dalam menyampaikan materi pelajaran, karena materi disampaikan oleh nara sumber atau observasi langsung oleh siswa sendiri; siswa aktif belajar melalui observasi, wawancara, percobaan, menggolong-golongkan dan sebagainya. 2. Kelemahan Maka adapun keunggulan yang terdapat pada Metode karyawisata adalah sebagai berikut ⪠Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak. ⪠Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang. ⪠Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan. ⪠Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak- gerik anak didik di lapangan. ⪠Biayanya cukup mahal. 26⪠Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh. Maka dapat disimpulkan bahwa kelemahan dalam metodekaryawisata adalah memerlukan persiapan yang melibatkan banyakpihak; memerlukan waktu yang cukup lama; memerlukan biaya yangrelatif tinggi; memerlukan pengawasan yang ketat agar siswa fokusterhadap tugasnya; serta laporan hasil karya wisata biasanya diserahkantiidak tepat waktu 27BAB V â METODE DEMONSTRASIA. Pengertian Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakanbarang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan sesuatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan Muhibbin Syah, 2000. Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran Syaiful Bahri Djamarah, 2000. Demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan un-tuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri Metode demonstrasi dalam pembelajran merupakan salah satu metode yang digunakan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Di mana dalam metode ini disajikan suatu prosedur maupun tugas, kemudian tentang tata cara penggunaan alat, dan tentang bagaimana melakukan interaksi dengan klien. Tata cara pelaksanaan metode demonstrasi dalam dilakukan secara langsung. Selain dengan cara langsung, dapat pula dilakukan dengan cara melalui media, seperti penggunaan video maupun film. Siswa diminta untuk mendengar dan melihat prosedur, langkah â langkah. Kemudian mendengarkan dan melihat penjelasan â penjelasan yang diterangkan secara mendasar. Fokus perhatian dalam penerapan metode demonstrasi yaitu menekankan pada tujuan â tujuan dan hal â hal yang menjadi pokok penting. 28B. Karakteristik Metode Demonstrasi Ada beberapa karakteristik metode demonstrasi menurutWinataputra 2005418 adalah sebagai berikut1. Mempertunjukan objek Ada proses Ada alat memerlukan tempat yang strategis yang memungkinkan seluruh siswa Dapat guru atau siswa yang melakukan29C. Scenario Metode Demonstrasi1. Tahap Persiapan Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus di lakukan ⢠Rumuskan tujuan yang harus di capai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhr ⢠Persiapan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan di lakukan. ⢠Lakukan uji coba demonstrasi2. Tahap Pelaksanaan a Langkah pembuka Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, di antaranya ⢠Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan. ⢠Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa. ⢠Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi. b Langkah pelaksanaan demonstrasi ⢠Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaanpertanyaan yang me-ngandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi. ⢠Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan. ⢠Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa. ⢠Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu. 30Terdapat beberapa langkah yang harus diikuti oleh guru, ketika akan menerapkan metode demonstrasi. Langkah â langkah tersebut dibagi ke dalam 4 bagian, yaitu persiapan, sebelum demonstrasi, pelaksaan demonstrasi, dan setelah demonstrasi. Masing â masing langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai Tahap persiapan. Pada tahapan ini, terdapat beberapa tindakan yang harus dilakukan oleh guru untuk menerapkan metode demonstrasi ini, yaitu sebagai Mengidentifikasi suatu bacaan maupun kegiatan yang perlu untuk dilakukan oleh siswa sebelum pelaksanaan Petunjuk tertulis dapat digunakan untuk melaksanakan demonstrasi yang bersifat rumi. Tujuannya adalah membantu dalam mengarahkan pelaksanaan observasi selama melaksanakan Pemberian latihan sebelum melakukan kegiatan demonstrasi. Tujuan pelatihan ini agar dapat melaksanakan prosedur dengan lebih Mengukur jumlah waktu yang diperlukan. Hal ini kaitannya dengan tahap persiapan, demonstrasi, pelaksanaan diskusi setelah melakukan demonstrasi, demonstasi ulang yang dilakukan oleh siswa, dan merapikan kembali alat â alat yang telah digunakan dalam Sebelum demonstrasi. Pada tahapan ini, terdapat beberapa langkah yang dilakukan oleh gur. Hal tersebut dapat dijabarkan sebagai Menyiapkan materi dan alat sebelum siswa tiba. Kemudian, melakukan uji coba terhadap alat. Tujuannya untuk mengecek kesiapan alat yang akan digunakan dalam Mengatur penempatan alat dan materi sebaik mungkin, sehingga dapat dilihat oleh semua Menjelaskan tujuan dari demonstrasi dan menjelaskan gambaran dari prosedur Menjelaskan setiap materi yang akan diterangkan dalam demonstrasi dan alat yang digunakan. 3111. Mendiskusikan tentan beberapa prinsip penting dalam kegiatan demonstrasi,12. Mengidentifikasi hal â hal yang penting yang perlu untuk diobservasi selama pelaksanaan Mengecek kembali tentang apakah semua siswa dapat melihat Pelaksanaan demonstrasi. Pada tahapan ini, terdapat beberapa hal yang harus dilakukan oleh guru. Hal â hal tersebut dapat dijabarkan sebagai Mendemonstrasikan setiap langkah prosedur secara teratur. Tujuannya agar semua siswa dapat Menguraikan suatu prosedur sambil memberikan demonstrasi dan menekankan pada hal â hal yang Menghindari hal â hal mendetail yang bersifat tidak Menekankan tentang cara dalam melaksanakan prosedur, bukan pada cara yang tidak perlu untuk Memantau setiap langkah yang dilakukan dalam Setelah demonstrasi. Pada tahapan ini memuat beberapa tindakan yang harus dilakukan oleh guru. Tindakan â tindakan tersebut dapat dijelaskan sebagai Mengulangi demonstrasi atau setiap langkah yang dilakukan, apabila siswa perlu untuk mengadakan observasi lanjutan atau dinamakan dengan Mendiskusikan tentang prosedur, segera setelah demonstrasi. Kemudian, mengulang hal â hal yang dianggap Memberikan kesempatan siswa untuk mengamati praktik sesuai dengan perbedaan dalam diri siswa. Perbedaan tersebut dapat mencakup tentang lamanya praktik, umpan balik yang diberikan, dan suatu Memperhatikan siswa yang mengalami kidal atau menulis dengan tangan yang berbeda pada umumnya penggunaan tangan kiri.25. Mengevaluasi hasil dari demonstrasi dan mengidentifikasi daerah yang perlu diadakan modifikasi. 32D. Kelebihan Metode Demonstrasi Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi memiliki beberapa ke- lebihan, di antaranya ⢠Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dije- laskan. ⢠Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi. ⢠Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaranE. Kekurangan metode demonstrasi Di samping beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan, di antarannya ⢠Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukan suatu proses tertentu, guru harus beberapa 33kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu yang banyak.⢠Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.⢠Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khu- sus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Di samping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa. 34DAFTAR PUSTAKASanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta Prenadamedia GroupSamatowa, Usman. 2016. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta PT IndeksSapriati, Amalia. 2014. Pembelajaran IPA di SD. Tangerang Selatan Universitas TerbukaKumala, Farida Nur. 2016. Pembelajaran IPA di SD. Malang Penerbit Ediide InfografikaJuita, Ratna, dan Eksperimen Sekolah. 2019. âImproving Science Learning Outcom Through Experiment Method on 4 th Grade State Elementary School 02 SDN 02 Students , City Of Mukomukoâ 1 1 43â Nugroho, Margiati Gusti Budjang. 2012. âPenerpan Metode Eksperimen Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kabupaten KetapangâNursalam, dan Efendi, F. 2008. âPendidikan dalam Keperawatan. Surabaya Salemba MedikaKresnadi, Hery. âPenggunaan metode eksperimen dalam pembelajaran ipa untuk meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah dasar,â 1â Hj. Helmiati, 2012. Model Pembelajaran. Yogyakarta Aswaja Jusuf, Metode-Metode Mengajar, Bandung Angkasa, Sifa Siti. 2014. 53 Metode Belajar Dan Pembelajaran. Bandung Syaiful Bahri, dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta PT RinekaCipta, Farida Nur, 2016. Pembelajaran IPA SD. Malang Ediide 2017. Penerapan Metode Karya Wisata pada Konsep Dasar IPA MI/SD MateriPerkembangbiakan untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Mahasiswa PGMI. JurnalMadrasah Ibtidaiyah, vol. 2 2 2015. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam MelaluiMetode Karyawisata Pada Anak Tunagrahita. Prosiding Seminar Nasional Yanto Nong. 2020. Pengaruh Penerapan Metode Karyawisata TerhadapPembelajaran Sosiologi. Jurnal Sociological Education, vol. 1 1 dkk. 2014. Penggunaan Metode Karyawisata Untuk Meningkatan PembahasanKonsep Dan Keterampilan Proses Sains Pada Materi Keanekaragaman Hayati. JurnalBiotik, vol. 2 1 23-27. 35Anonymus, 2008. Strategi Pembelajaran Dan Pemilihannya. Direktorat TenagaKependidikandirektorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga KependidikanDepartemen Pendidikan NasionalNursalam dan Efensi, F. 2008. Pendidikan dalam Keperawatan. Surabaya SalembaMedika. 3637b Langkah pelaksanaan demonstrasi ⢠Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaanpertanyaan yang me-ngandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi. ⢠Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan. ⢠Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa. ⢠Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu. Terdapat beberapa langkah yang harus diikuti oleh guru, ketika akan menerapkan metode demonstrasi. Langkah â langkah tersebut dibagi ke dalam 4 bagian, yaitu persiapan, sebelum demonstrasi, pelaksaan demonstrasi, dan setelah demonstrasi. Masing â masing langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Tahap persiapan. Pada tahapan ini, terdapat beberapa tindakan yang harus dilakukan oleh guru untuk menerapkan metode demonstrasi ini, yaitu sebagai berikut. 2. Mengidentifikasi suatu bacaan maupun kegiatan yang perlu untuk dilakukan oleh siswa sebelum pelaksanaan demonstrasi. 3. Petunjuk tertulis dapat digunakan untuk melaksanakan demonstrasi yang bersifat rumi. Tujuannya adalah membantu dalam mengarahkan pelaksanaan observasi selama melaksanakan demonstrasi. 4. Pemberian latihan sebelum melakukan kegiatan demonstrasi. Tujuan pelatihan ini agar dapat melaksanakan prosedur dengan lebih terampil. 5. Mengukur jumlah waktu yang diperlukan. Hal ini kaitannya dengan tahap persiapan, demonstrasi, pelaksanaan diskusi setelah melakukan 37demonstrasi, demonstasi ulang yang dilakukan oleh siswa, dan merapikan kembali alat â alat yang telah digunakan dalam Sebelum demonstrasi. Pada tahapan ini, terdapat beberapa langkah yang dilakukan oleh gur. Hal tersebut dapat dijabarkan sebagai Menyiapkan materi dan alat sebelum siswa tiba. Kemudian, melakukan uji coba terhadap alat. Tujuannya untuk mengecek kesiapan alat yang akan digunakan dalam Mengatur penempatan alat dan materi sebaik mungkin, sehingga dapat dilihat oleh semua Menjelaskan tujuan dari demonstrasi dan menjelaskan gambaran dari prosedur Menjelaskan setiap materi yang akan diterangkan dalam demonstrasi dan alat yang Mendiskusikan tentan beberapa prinsip penting dalam kegiatan demonstrasi,12. Mengidentifikasi hal â hal yang penting yang perlu untuk diobservasi selama pelaksanaan Mengecek kembali tentang apakah semua siswa dapat melihat Pelaksanaan demonstrasi. Pada tahapan ini, terdapat beberapa hal yang harus dilakukan oleh guru. Hal â hal tersebut dapat dijabarkan sebagai Mendemonstrasikan setiap langkah prosedur secara teratur. Tujuannya agar semua siswa dapat Menguraikan suatu prosedur sambil memberikan demonstrasi dan menekankan pada hal â hal yang Menghindari hal â hal mendetail yang bersifat tidak Menekankan tentang cara dalam melaksanakan prosedur, bukan pada cara yang tidak perlu untuk Memantau setiap langkah yang dilakukan dalam demonstrasi. 3820. Setelah demonstrasi. Pada tahapan ini memuat beberapa tindakan yang harus dilakukan oleh guru. Tindakan â tindakan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 21. Mengulangi demonstrasi atau setiap langkah yang dilakukan, apabila siswa perlu untuk mengadakan observasi lanjutan atau dinamakan dengan redemonstrasi. 22. Mendiskusikan tentang prosedur, segera setelah demonstrasi. Kemudian, mengulang hal â hal yang dianggap penting. 23. Memberikan kesempatan siswa untuk mengamati praktik sesuai dengan perbedaan dalam diri siswa. Perbedaan tersebut dapat mencakup tentang lamanya praktik, umpan balik yang diberikan, dan suatu reinforcement. 24. Memperhatikan siswa yang mengalami kidal atau menulis dengan tangan yang berbeda pada umumnya penggunaan tangan kiri. 25. Mengevaluasi hasil dari demonstrasi dan mengidentifikasi daerah yang perlu diadakan gambar 39d Kekurangan Di samping beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan, di antarannya ⢠Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukan suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu yang banyak. ⢠Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah. ⢠Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khu- sus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Di samping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran Kelebihan Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi memiliki beberapa ke- lebihan, di antaranya ⢠Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dije- laskan. ⢠Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi. ⢠Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran 40âYou can teach a student a lesson for a day; but if youcan teach him to learn by creating curiosity, he willcontinue the learning process as long as he lives.â -Clay P. Bedford- 41DAFTAR PUSTAKASanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta Prenadamedia GroupSamatowa, Usman. 2016. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta PT IndeksSapriati, Amalia. 2014. Pembelajaran IPA di SD. Tangerang Selatan Universitas TerbukaKumala, Farida Nur. 2016. Pembelajaran IPA di SD. Malang Penerbit Ediide InfografikaJuita, Ratna, dan Eksperimen Sekolah. 2019. âImproving Science Learning Outcom Through Experiment Method on 4 th Grade State Elementary School 02 SDN 02 Students , City Of Mukomukoâ 1 1 43â Nugroho, Margiati Gusti Budjang. 2012. âPenerpan Metode Eksperimen Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kabupaten KetapangâNursalam, dan Efendi, F. 2008. âPendidikan dalam Keperawatan. Surabaya Salemba MedikaKresnadi, Hery. âPenggunaan metode eksperimen dalam pembelajaran ipa untuk meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah dasar,â 1â Hj. Helmiati, 2012. Model Pembelajaran. Yogyakarta Aswaja Jusuf, Metode-Metode Mengajar, Bandung Angkasa, Sifa Siti. 2014. 53 Metode Belajar Dan Pembelajaran. Bandung Syaiful Bahri, dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta PT RinekaCipta, Farida Nur, 2016. Pembelajaran IPA SD. Malang Ediide 2017. Penerapan Metode Karya Wisata pada Konsep Dasar IPA MI/SD MateriPerkembangbiakan untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Mahasiswa PGMI. JurnalMadrasah Ibtidaiyah, vol. 2 2 2015. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam MelaluiMetode Karyawisata Pada Anak Tunagrahita. Prosiding Seminar Nasional Yanto Nong. 2020. Pengaruh Penerapan Metode Karyawisata TerhadapPembelajaran Sosiologi. Jurnal Sociological Education, vol. 1 1 dkk. 2014. Penggunaan Metode Karyawisata Untuk Meningkatan PembahasanKonsep Dan Keterampilan Proses Sains Pada Materi Keanekaragaman Hayati. JurnalBiotik, vol. 2 1 23-27. 42Anonymus, 2008. Strategi Pembelajaran Dan Pemilihannya. Direktorat TenagaKependidikandirektorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga KependidikanDepartemen Pendidikan NasionalNursalam dan Efensi, F. 2008. Pendidikan dalam Keperawatan. Surabaya SalembaMedika. 4344 MetodeIlmiah Materi dan Perubahannya Sumber. Atau KLIK DISINI. Udara yang akan masuk saat kita menarik napas sekuat tenaga b. Contoh soal OSN IPA SD 2017. Contoh soal c5 ipa sd kelas 4Soal ujian uts ips kelas 4 sdmi ini bertujuan sebagai bahan pembelajaran siswa siswi yang akan menghadapi ulangan. Soal dan Jawaban Riviu Pembelajaran 1. Oleh Dra. DWI JARWANTI., Guru SMP N 13 Magelang Prestasi Belajar secara sederhana bisa dimaknai sebagai bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seorang siswa dengan tiga aspek di dalamnya, yaitu kognitif, affektif, dan psikomotor. Dimyati dan Mudjiono 2009 menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Prestasi belajar adalah hal mutlak yang harus dicapai siswa pada semua mata pelajaran, termasuk Ilmu Pengetahuan Alam IPA. Banyak manfaat yang bisa diperoleh siswa jika mampu mempelajari dan memahami bidang IPA secara komprehensif. Adapun manfaat yang dimaksud antara lain menimbulkan rasa ingin tahu terhadap kondisi lingkungan alam; memberikan wawasan akan konsep alam yang berguna dalam kehidupan sehari-hari; ikut menjaga, merawat, mengelola, dan melestarikan alam; mempunyai kemampuan untuk mengembangkan ide-ide mengenai lingkungan alam disekitar; konsep yang ada dalam IPA berguna untuk menjelaskan berbagai peristiwa-peristiwa alam dan menemukan cara untuk memecahkan permasalahan tersebut; menyadari pentingnya peran alam dalam kehidupan sehari-hari; memberikan pengetahuan untuk mengetahui perkembangan makhluk hidup dari zaman ke zaman; membantu manusia dalam pengembangan IPTEK. Manfaat tersebut di atas belum bisa dicapai secara optimal oleh siswa di sekolah, termasuk siswa di SMP N 13 Magelang. Hasil kajian dan analisis guru menunjukan bahwa nilai hasil belajar siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal KKM yang telah ditetapkan. Persentase tingkat ketuntasan KKM hanya mencapai 32,25 persen. Minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran juga masih rendah. Siswa memiliki pandangan bahwa IPA merupakan mata pelajaran yang sulit dengan kuantitas materi yang sangat kompleks. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas, maka dibutuhkan satu metode pembelajaran yang mampu mengoptimalkan prestasi belajar IPA. Adapun metode pembelajaran tepat untuk dilaksanakan adalah metode eksperimen. Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar dimana siswa melakukan percobaan tentang suatu hal, mengamati dan mengalami prosesnya, membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajarinya, kemudian hasil pengamatan dan percobaan tersebut disampaikan ke kelas untuk dievaluasi bersama. Melalui metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk belajar sendiri, mengikuti proses, mengamati objek, menganalisis, menarik pembuktian, dan mengambil kesimpulan sendiri dari proses yang dilakukan. Tujuan metode eksperimen adalah untuk melatih siswa agar mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Melalui pembelajaran eksperimen, siswa dapat terlatih dengan cara berpikir ilmiah scientific thinking. Metode eksperimen memberikan pengalaman kepada siswa untuk menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya. Djamarah 2006 menegaskan bahwa metode eksperimen memiliki beberapa kelebihan antara lain sebagai berikut melatih disiplin diri siswa melalui eksperimen yang dilakukannya terutama kaitannya dengan keterlibatan, ketelitian, ketekunan dalam melakukan eksperimen; kesimpulan eksperimen lebih lama tersimpan dalam ingatan siswa melalui eksperimen yang dilakukannya sendiri secara langsung; siswa akan lebih memahami hakikat dari ilmu pengetahuan dan hakikat kebenaran secara langsung; mengembangkan sikap terbuka bagi siswa; dan metode ini melibatkan aktivitas dan kreatifitas siswa secara langsung dalam pengajaran sehingga mereka akan terhindar dari verbalisme. Berdasarkan paparan tersebut diatas, maka untuk meningkatkan dan/atau mengoptimalkan prestasi belajar IPA maka guru akan melaksanakan sebuah kegiatan ilmiah yakni mengimplementasikan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA. q27z.